tag:blogger.com,1999:blog-61970518367064284662024-02-06T22:29:54.434-08:00Dunia AkmalAkmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-87708146335895151712018-09-12T04:09:00.001-07:002018-09-12T04:09:13.607-07:00BLOK ROKAN: Modal Besar Riau untuk Menguasai Asia Tenggara<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Tulisan ini dibuat untuk melengkapi tulisan senior saya Bang <a class="_2u0z" data-hovercard-prefer-more-content-show="1" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=660490523" href="https://www.facebook.com/sutan.mangkudun.5" style="color: #365899; cursor: pointer; font-family: inherit; text-decoration-line: none;">Miftah N Sabri</a> di Harian Kompas 7 Agustus 2018. Tulisan tersebut lebih menekankan pada peningkatan dana bagi hasil bagi daerah. Saya sangat sepakat dengan idenya, namun ada kekhawatiran pada tarik menarik kepentingan yang akan menghambat pembuatan kebijakan tersebut. Tulisan ini mencoba untuk memberikan alternatif lain jika ide peningkatan dana bagi hasil mengalami kebuntuan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/03/adminstrasi-riau-a1-1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="565" data-original-width="800" height="280" src="https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/03/adminstrasi-riau-a1-1.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Blok Rokan menghasilkan minyak 256.000 barel/hari, hampir sepertiga dari total produksi minyak nasional saat ini. Blok tersebut berada dalam area seluas 6.264 km2, terdiri dari beberapa ladang minyak, yaitu Minas (Kab. Siak); Duri dan Sebanga (Kab. Bengkalis); Bangko, Balam, dan Benggala (Kab. Rokan Hilir); Petani dan Pematang (Kab. Rokan Hulu); dan beberapa ladang minyak di Kab. Kampar. Dari sejumlah ladang tersebut, Minas dan Duri memiliki kandungan minyak yang terbesar di Asia Tenggara. Ladang minyak Minas mulai diteliti pada tahun 1924, pada masa Kesultanan Siak Sri Indrapura, oleh Ahli Geologi Standard Oil Company, Richard N. Nelson. Pengeboran pertama dilakukan oleh Richard H. Hopper. Di kemudian hari, Standard Oil Company berevolusi menjadi Caltex Pacific Indonesia lalu menjadi Chevron Pacific Indonesia hingga saat ini.</div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 disambut dengan euforia yang luar biasa di wilayah Kesultanan Siak Sri Indrapura. Sultan Syarif Kasim II (dibaca Sultan Syarif Kasim Tsani) mengirimkan kawat kepada Presiden Soekarno tanggal 28 November 1945, yang menyatakan bahwa Kesultanan Siak Sri Indrapura berdiri teguh bersama Republik Indonesia. Kawat tersebut dikirimkan bersama dengan kesediaan sultan menyumbangkan uang sebesar 13 juta gulden untuk modal awal kegiatan pemerintahan. Tak hanya itu, Sultan Syarif Kasim II juga menyerahkan mahkota Kerajaan Siak kepada Soekarno di Istana Negara pada 1945. Penyerahan mahkota ini menandai simbol bergabungnya Kesultanan Siak dan 12 wilayah kekuasaannya. Dengan demikian, seluruh wilayah Kesultanan Siak Sri Indrapura termasuk Blok Rokan resmi menjadi wilayah Republik Indonesia. </div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Jasa besar Sultan Syarif Kasim II dibalas dengan air tuba. Riau sebagai representasi wilayah Kesultanan Siak Sri Indrapura digabungkan ke dalam provinsi Sumatera Tengah yang berpusat di Bukittinggi. Baru pada Tanggal 9 Agustus 1957 Riau menjadi propinsi tersendiri, itu pun masih menyisakan keprihatinan karena Siak Sri Indrapura sebagai bekas ibukota kerajaan hanya dijadikan kecamatan. Hal ini berbanding lurus dengan dana bagi hasil minyak yang diterima oleh pemerintah daerah. Produksi minyak Blok Rokan yang mulai diekspor tahun 1952, hanya dinikmati oleh Caltex sebagai operator dan pemerintah pusat sebagai pemilik tanpa ada imbal balik yang signifikan bagi Propinsi Riau sebagai daerah penghasil. </div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Pergantian rezim dari Orde Lama ke Orde Baru juga tidak membawa perubahan, Riau hanya menjadi sapi perahan bagi pemerintah pusat. Booming harga minyak tahun 1974-1980 dikonversi dengan pembangunan besar-besaran di Pulau Jawa terutama Jakarta. Menjadi ironi, karena pada masa itu, Riau yang memiliki 4 sungai besar hanya memiliki 2 jembatan (Jembatan Siak I sumbangan Caltex dan Jembatan Rantau Berangin) serta sangat sulit menemukan jalan yang beraspal di wilayah penghasil minyak ini. Belum lagi dengan minimnya pelabuhan dan pusat industri sebagai penggerak prekonomian. Hasilnya, Riau menjadi salah satu propinsi termiskin di Indonesia. Padahal di masa lalu, Riau (Kesultanan Siak) merupakan salah satu wilayah terkaya di Pulau Sumatera. Hasil-hasil bumi dari pedalaman didistribusikan melalui sungai-sungai besar ke arah Selat Malaka yang menjadi Pusat perdagangan dunia. Hal ini tidak mungkin dapat terjadi jika tidak didukung dengan infrastruktur yang baik. </div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Angin perubahan mulai berhembus pasca Reformasi 1998, ditandai dengan keluarnya UU No. 22 Tahun 1999 yang memberikan porsi otonomi lebih besar bagi daerah. Ini diikuti dengan penetapan dana bagi hasil (DBH) minyak bagi daerah yang naik dari 3% menjadi 15%. Sejak saat itu, pembangunan di wilayah Riau mulai bergeliat kembali. Ekonomi mulai tumbuh setara bahkan terkadang di atas pertumbuhan ekonomi nasional.</div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Selain dampak positif, pembangunan yang pesat di Riau juga memiliki dampak negatif. Derasnya aliran dana yang masuk menumbuhkan banyak orang kaya baru (OKB) pada tiap kelas, baik pejabat, pengusaha, maupun rakyat biasa. Mental OKB ini ditandai dengan keinginan hidup mewah dan bermegah-megahan akibat kejenuhan hidup miskin dan tertekan di masa lalu. Inilah yang menjadi salah satu sebab suburnya KKN di Propinsi Riau hingga saat ini. Pada saat para pejabat di Pulau Jawa sudah merasa puas dengan kepentingan pribadinya dan mulai memikirkan rakyat serta pembangunan di wilayahnya. Sedangkan di Riau, para pejabat banyak yang bermasalah dengan penegak hukum akibat masih sibuk memenuhi kepentingan pribadi dan kelompoknya. Tercatat sejak tahun 2003 sudah 25 pejabat yang dihukum terkait kasus KKN dengan rincian 3 Gubernur, 7 Bupati, dan 15 pejabat lainnya.</div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Pengelolaan Blok Rokan oleh Chevron yang akan diambil alih oleh Pertamina mulai tahun 2021 menjadi berita yang menyejukkan bagi Masyarakat Riau, sama seperti ketika mendapat kabar Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 73 tahun silam. Pertamina yang berstatus sebagai BUMN tentu lebih mudah diajak berunding dibandingkan dengan operator sebelumnya. Masyarakat Riau tentu menginginkan imbal balik yang lebih baik dari pada yang didapat saat ini. Namun, terbersit kekhawatiran tentang buntunya perundingan tersebut karena kepentingan politik baik di tingkat pusat maupun daerah.</div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Meningkatkan DBH yang pada saat ini sebesar 15% tentu akan menimbulkan hiruk pikuk politik yang sangat luar biasa. Peningkatan ini tentunya akan berpengaruh pada struktur APBN yang dapat merubah target RPJP dan RPJM yang sudah ada. Dapat dibayangkan, akan terjadi penentangan yang luar biasa dari pihak-pihak yang akan dirugikan dengan kebijakan ini. Di sisi lain, tingginya angka KKN di daerah juga mengancam macetnya penyaluran DBH ke masyarakat bawah. Meningkatnya DBH minyak belum tentu dapat dinikmati oleh masayarakat miskin, karena bisa jadi hanya dinikmati oleh sekelompok elit di daerah. Membuat BUMD sebagai partner Pertamina dalam pengelolaan Blok Rokan juga bukan solusi terbaik. Hal ini berkaca dari pengalaman pengeloaan Blok Coastal Plain and Pekanbaru (CPP) yang sebelumnya dikelola oleh Chevron kemudian di ambil alih oleh Pertamina berkerja sama dengan BUMD Bumi Siak Pusako. Pada saat terakhir dikelola Chevron tahun 2002, produksi minyak mencapai 40.000 barel/hari, namun saat ini dibawah pengelolaan Pertamina Hulu - Bumi Siak Pusako, produksi minyak hanya 11.300 barel per hari. Angka-angka ini cukup untuk menandakan adanya inkompetensi SDM berpadu dengan konflik kepentingan yang melibatkan stakeholders.</div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Sejak masa lalu Riau terkenal dengan alamnya yang kaya raya, dengan geografis yang sangat menguntungkan. Hasil bumi berupa hutan alam yang sekarang berubah menjadi lahan kelapa sawit terbesar di Indonesia serta di dalam buminya terkandung minyak, gas, batu bara dan emas. Empat sungai besar beserta ratusan anak sungainya membelah wilayah riau menjadi infrastruktur alami yang digunakan untuk mendistribusikan hasil bumi di pedalaman menuju ke pesisir pantai. Selanjutnya, kawasan pesisir pantai yang langsung menghadap ke Selat Malaka menjadi etalase alami untuk menjajakan hasil bumi di jalur perdagangan tersibuk di dunia tersebut.</div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Singapura yang tidak memiliki SDA dan hanya memiliki garis pantai sepanjang 193 Km menjelma menjadi raksasa ekonomi di wilayah Asia Tenggara. Sungguh ironis dengan Propinsi Riau dengan SDA melimpah dan garis pantai sepanjang 2.076 Km masih berkutat dengan angka kemiskinan. Penguasaan Blok Rokan oleh Pertamina merupakan momentum untuk menata ulang perekonomian Riau guna memaksimalkan potensi yang dimilikinya. </div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Minyak yang dihasilkan dari Blok Rokan sudah semestinya diolah untuk memenuhi kebutuhan BBM yang ada di wilayah Riau terlebih dahulu, kemudian kelebihannya baru didistribusikan ke daerah lain. Ini merupakan solusi yang paling tepat untuk mengatasi kelangkaan BBM di negeri penghasil minyak ini dalam beberapa tahun belakangan. Pada saat sekarang, kapasitas kilang minyak Dumai hanya 120.000 barel/hari, belum mampu menampung hasil produksi dari Blok Rokan apalagi menampung seluruh produksi dari seluruh Blok yang ada di Propinsi Riau. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas kilang baik dengan mengoptimalkan yang sudah ada atau membangun kilang baru mutlak diperlukan.</div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Pemerintah pusat juga harus meletakkan industri-industri turunan migas di wilayah Riau agar mampu membuat percepatan pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Secara hitungan ekonomi sangat strategis, karena industri tersebut semakin dekat dengan sumber energi, dan juga dekat dengan jalur perdagangan dunia (Selat Malaka). Saat ini di Riau ada dua pelabuhan besar yang lengkap dengan Kawasan Industrinya yaitu Dumai dan Tanjung Buton (Kab. Siak). Namun, yang baru berfungsi maksimal hanya Dumai, sedangkan Tanjung Buton masih sepi dari aktifitas industri dan bongkar muat barang, padahal kawasan ini memiliki pelabuhan berstandar internasional, kawasan pergudangan dan infrastruktur yang siap pakai. Ini hanya menunggu good will dari pemerintah pusat melalui serangkaian kebijakan yang dapat mendorong perusahaan terkait dengan migas untuk meramaikan kawasan tersebut. Selain itu, wilayah pesisir pantai Rokan Hilir, sesuai dengan karakteristiknya dapat dikembangkan sebagai sentra perikanan dan hasil laut lengkap dengan industri pendukung. Di masa lalu wilayah ini termasuk penghasil ikan terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara.</div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Meningkatkan DBH bisa jadi bermanfaat tapi belum tentu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Riau secara keseluruhan. Mengembangkan Wilayah Riau sesuai dengan karakteristik dan potensinya dapat membuka lapangan kerja baru, memberdayakan masyarakat setempat, dan mampu membuka pusat perekonomian baru yang berujung pada meningkatnya daya saing perekonomian Indonesia. Ini jauh lebih efisien dari pada memaksakan Pulau Jawa yang berkarakteristik sebagai lumbung pangan menjadi pusat industri nasional.</div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Jika langkah-langkah tersebut mampu dijalankan oleh dengan baik, maka bersiaplah menyaksikan gemerlapnya kebangkitan ekonomi di Pantai Timur Sumatera. Bukan tidak mungkin kita akan mampu menyaingi Singapura sehingga mencapai salah satu Visi Propinsi Riau, yakni “Menjadi pusat perekonomian di wilayah Asia Tenggara”.</div>
<div class="_2cuy _3dgx _2vxa" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #1d2129; direction: ltr; font-family: Georgia, serif; font-size: 17px; margin: 0px auto 28px; white-space: pre-wrap; width: 700px; word-wrap: break-word;">
Selamat Hari Jadi Propinsi Riau yang ke-61 (9 Agustus 1957 - 9 Agustus 2018).</div>
</div>
Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-82497789125703708162013-09-27T21:24:00.001-07:002013-09-28T03:34:17.268-07:00CERITA DARI ANKARA – KUALA LUMPUR – PERAWANG – JAKARTA <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Dengan rasa malas yang </span><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">luar biasa,</span><span lang="IN" style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;"> terpaksa kubuka mata</span><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;"> karena ada kilauan cahaya matahari yang menerobos melaui celah gorden. Otakku langsung berputar mengingat rencana hari ini. Teringatlah bahwa hari ini aku akan memulai perjalanan panjang menuju kampung halaman. Langsung kugapai telepon genggam, “ya Allah, sudah jam 10:12,”. Ada pesan dari Bang Faris, “jam berapa dari asrama? Abang belum kotakin buku rupanya”. Syukurlah ternyata dia juga belum siap, kujawab “terserahlah Bang”. Kemudian aku bergegas ke kamar mandi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Sebelum kita terlalu jauh, ada baiknya kujelaskan alasan menulis tulisan ini. Akhir bulan Januari 2013 yang lalu, Andrea Hirata, seorang Budak Melayu Belitong bertandang ke Ankara. Aku berkesempatan menemaninya menjelajahi kota ini. Obrolan kami disela-sela perjalanan sampai pada satu kesimpulan bahwa penulis merupakan pekerjaan yang paling cocok untuk Budak Melayu. Orang Melayu terlahir sebagai pujangga yang hidup di dalam dunia sastra. Perkataan sehari-harinya sarat dengan produk sastra seperti pribahasa, majas, pantun, puisi, sajak dan lain-lain. Abakku (ayahku) sering berkata “macam Belando minta tanah, dibagi sejengkal minta sehasta”, ketika ia membicarakan orang rakus dan licik. Selain itu, Emakku pun tak kalah jika berpribahasa, “takut ke hantu terpeluk ke bangkai”, untuk menggambarkan pekerjaan yang sia-sia. Aku juga pernah mendengar orang kampungku berkata ke pada anakanya yang bermata kemerah-merahan karena baru bangun tidur, “mato diko macam mato udang”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">“Ayolah Boi, mulailah kau menulis, supaya ngetop pulak kau macam aku ni, kita ni dah punya bakat alam, apa lagi yang ditunggu?” kata Bang Andrea menyemangatiku. Kujawab secara diplomatis, “nanti ajalah bang, kalau semester ini dah selesai, sekarang banyak tugas”. Jawabanku itu ada benarnya karena aku sedang mengambil 4 mata kuliah dalam 1 semester. Untuk program master, itu sudah sangat berat, apalagi perkuliahannya dalam bahasa Turki. Teman-temanku yang orang Turki saja hanya sanggup mengambil 3 mata kuliah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Keberanianku itu tidak terlepas dari banyaknya mata kuliah yang tidak lulus pada semester 1 dan 2. Akibatnya aku harus hijrah dari Ankara Üniversitesi ke Hacettepe Üniversitesi. Di kampus baruku itu, aku diberi hak istimewa untuk untuk mengerjakan tugas dan presentasi dalam Bahasa Inggris, sesuatu yang tidak aku dapatkan di kampus yang lama. Meskipun begitu, banyaknya mata kuliah membuat aku tidak bisa menjadi mahasiswa santai lagi. Jika tidak ada kelas, aku mengeram di perpustakaan untuk mengerjakan tugas mulai dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam, bahkan terkadang sampai jam 10 malam. Terasa berat dan melelahkan, tapi bisa membuatku tersenyum melihat daftar nilai di akhir semester, dari terancam <i>drop out</i> menjadi terancam <i>cum laude</i>. Maka terbuktilah firman Allah dalam surat An-Najm: 39-41 bahwa setiap orang akan mendapatkan hasil sesuai dengan usahanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Mari kita kembali ke alur cerita. Sekembalinya dari kamar mandi kulihat di telepon genggam ada 2 panggilan tak terjawab dan 2 pesan whatsap. Ternyata Bang Faris sudah siap dan berangkat dahulu ke terminal karena ditunggu temannya. Segera aku mempersiapkan diri dan barang-barang bawaan. Ternyata koperku sangat berat sehingga membuat napasku tersengal-sengal ketika memikulnya dari lantai tiga, mungkin beratnya sekitar 27 Kg. Sempat terbersit kekhawatiran, karena pesawat yang aku tumpangi hanya memberi jatah bagasi 20 Kg, tapi ya sudahlah.., untuk saat ini yang paling penting adalah membereskan urusan perizinan di tata usaha asrama. Setelah semua beres, setengah berlari aku menuju stasiun <i>subway</i>, yang disini bernama Ankaray.<o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghOZxoPJCWiP6Wt9leXwqc1NOD2y73zgKPOZU8Vv0TUiErf4FCeCvqClNmR-TfahX1w0fa4ihbtggR121xfH78NdIeLsDFxCsBR0jsro7eYZHXdiSPbTpAxk6nVE0fP6ki9Pi2SzsHgw/s1600/84633620.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="175" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghOZxoPJCWiP6Wt9leXwqc1NOD2y73zgKPOZU8Vv0TUiErf4FCeCvqClNmR-TfahX1w0fa4ihbtggR121xfH78NdIeLsDFxCsBR0jsro7eYZHXdiSPbTpAxk6nVE0fP6ki9Pi2SzsHgw/s320/84633620.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Setelah 30 menit di dalam Ankaray akhirnya sampailah di AŞTİ, terminal bus antar kota di Ankara. Terminal tersebut sangat mewah jika dibandingkan dengan terminal bus di negara-negara berkembang. Terminal ini berdinding kaca transparan, memiliki 2 lantai, lantai 1 untuk kedatangan dan lantai 2 untuk keberangkatan. Suatu ketika aku pernah mengantar seorang teman yang orang Pakistan. Dia sempat bingung dan bertanya, “<i>Is this bus station?</i>” (Apakah ini terminal bus?). Kujawab dan balik bertanya “<i>Yes, what do you think?</i>” (Ya, menurut kamu?). “<i>I think this is airport, these in my country like this</i>” (Saya pikir ini bandara, di negara saya bandara seperti ini) jawabnya. Kucoba menghibur dia dengan mengatakan “<i>I also think like you when I first came here</i>” (Saya juga juga berpikir seperti kamu ketika pertama kali datang kesini). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">“Bang Rusli!!”. Badanku berputar ke kiri mencari arah suara tersebut. Seorang lelaki kurus-kecil melambaikan tangannya ke arahku. Bang Faris sering memanggilku Bang Rusli, panggilan seorang mantan Gubernur Riau yang sedang menjadi tahanan KPK. Alasanya sederhana, katanya gayaku mirip dengan dia. Sudah berkali-kali aku protes keras tidak ingin disamakan dengan tersangka korupsi, tapi seperti kebiasaan orang di ambang jenius lainnya, makin dilarang makin menjadi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Setelah membeli tiket kami duduk di ruang tunggu keberangkatan. Karena masih ada waktu, aku pergi berkeliling mencari bantal leher agar nyaman tidur duduk di perjalanan. Aku menemukannya disebuah kios di lantai 1. Melihatku datang sambil menjinjing bantal leher, Bang Faris mengejekku, “Apalah yang kau beli ni, manja betul pakai bantal”. Kujawab singkat, “awas kalau pinjam!!”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Jarak Ankara-Istanbul sekitar 400 Km dengan jalan tol yang lurus membuat waktu tempuh hanya 7 jam. Bahkan, jika mau membayar lebih mahal untuk bus eksekutif, waktu perjalan bisa dipercepat karena semakin mahal tarif maka semakin sedikit bus tersebut singgah dalam perjalanan. 30 menit setelah berangkat, aku tidak bisa tidur karena sibuk menonton film dan mendengarkan musik pada layar kecil di depan kursi. Ya, di sini, bus-bus antar kota memiliki fasilitas hiburan setara dengan pesawat terbang jarak jauh. Sebuah layar kecil di depan kursi yang berisi rekaman berbagai jenis film, lagu, murattal Al-qur’an, dan aneka permainan membuat penumpang merasa jauh dari kata bosan sekaligus sulit untuk memejamkan mata.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuoI5Oucno9vdSC5C_sIC7bhmElf2cS09P5TUTRHNgM2pm1Ric29nUYHXvEwQD7PBqKLvwHe-Q_7vtb7bHzWJ6aYbPEz4KcGVw-V41JcCRN9JFJnanuXK9I1TsLDoLqqrlq2aqKu5JdQ/s1600/Bolu.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuoI5Oucno9vdSC5C_sIC7bhmElf2cS09P5TUTRHNgM2pm1Ric29nUYHXvEwQD7PBqKLvwHe-Q_7vtb7bHzWJ6aYbPEz4KcGVw-V41JcCRN9JFJnanuXK9I1TsLDoLqqrlq2aqKu5JdQ/s320/Bolu.jpg" width="320" /></a><span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Setelah 3 jam perjalanan, kami memasuki wilayah Bolu yang memiliki jalanan berbukit-bukit dengan jurang terhampar hijau serta berkabut seperti di Luxemburg. Semakin lengkaplah apa yang dimiliki Turki sebagai miniatur Eropa. Selain Bolu, banyak wilayah-wilayah lainnya yang memiliki pemandangan dan suasana seperti eropa. Jika kita ingin berjalan kaki dikelilingi gedung-gedung tua ala Paris, maka kawasan Taksim di Istanbul adalah tempatnya. Jika ingin melihat reruntuhan bangunan kuno ala Yunani, maka kawasan Efes di Izmir adalah jawabannya. Dan jika ingin menikmati suasana pantai Laut Mediterania seperti di Italia, maka Antalya merupakan tempat yang cocok. Disamping itu, Turki memiliki berbagai kemudahan dibandingkan Eropa, antara lain, bisa masuk menggunakn visa on arrival (VoA) bagi WNI, biaya hidup yang lebih murah, serta kemudahan dalam mencari makanan halal. Dengan alasan-alasan tersebut, aku membatalkan rencana keliling Eropa karena semuanya telah ada di Turki.<o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYZEwMgZQEjY_Op37TRlOuYxrN0reggoLh9dmKOyC-ICMYDP0lYGydn7qlv1UrtRah97XvveC089uzoGhG8RWjmYHjpWsuwcdTjIzTbsrljRggEIkenWA06ziON052H1uh2IwYTI40mA/s1600/Taksim.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYZEwMgZQEjY_Op37TRlOuYxrN0reggoLh9dmKOyC-ICMYDP0lYGydn7qlv1UrtRah97XvveC089uzoGhG8RWjmYHjpWsuwcdTjIzTbsrljRggEIkenWA06ziON052H1uh2IwYTI40mA/s320/Taksim.jpg" style="cursor: move;" width="320" /></a></div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPvFElQ_Addksu3own6RBWx_P6VsNZ4W4vZediPWBgr35hM1YgEHCJtydo_sJ_YjCdyRQD8oUUD5KOFJ3aAsk8aVxJqAZh4pejEQD9igME8ZVF_rtYmjsY5XJjmHqFuYZT3nGl1ap3LQ/s1600/efes96a32_1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPvFElQ_Addksu3own6RBWx_P6VsNZ4W4vZediPWBgr35hM1YgEHCJtydo_sJ_YjCdyRQD8oUUD5KOFJ3aAsk8aVxJqAZh4pejEQD9igME8ZVF_rtYmjsY5XJjmHqFuYZT3nGl1ap3LQ/s320/efes96a32_1.jpg" width="320" /></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Mendekati Istanbul, jalanan mulai sesak dengan kendaraan persis seperti di Tol Jagorawi ketika mendekati Jakarta. Dalam kemacetan yang membosankan itu, Bang Faris berkata, “gimana rasa bantal leher kau tu Mal, sini abang cobain bentar”. Waktu terus berlalu, 5, 10, 15 hingga 20 menit kemudian, bantal itu tidak juga kembali kepdaku. Langsung saja kurampas dan berkata ketus, “tadi pas aku beli diejek, sekarang keenakan. Salah sendiri gak mau beli”. Ternyata Allah memang tidak menyukai orang sombong. Ketika turun di Terminal Esenler, Istanbul, aku lupa membawa bantal tersebut, dan orang yang sangat bahagia ketika itu adalah Bang Faris. Dia berkhotbah seperti orang kramat yang baru saja mengirimkan kutukannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBkhidt0lKTAMOb_cuiMfjR8yEgkHugueMGJuvwvQTspGlS0WUV_4Bx3pLVuaIe8OLN4SLLH7e-40hkwoc_r7kVaE794F8WCyZYqa6Hj2ObBhM_0P8aYLBci7nAepm0Ll9Uj8c01sLrQ/s1600/Antalya.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="241" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBkhidt0lKTAMOb_cuiMfjR8yEgkHugueMGJuvwvQTspGlS0WUV_4Bx3pLVuaIe8OLN4SLLH7e-40hkwoc_r7kVaE794F8WCyZYqa6Hj2ObBhM_0P8aYLBci7nAepm0Ll9Uj8c01sLrQ/s320/Antalya.jpg" style="cursor: move;" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Dari Esenler kami menggunakan subway menuju bandara. Namun, sebelum sampai bandara, kami singgah dulu di Stasiun Yenibosna. Di sana kami bertemu dengan pasangan suami istri, Bang Arhami dan Kak Anita. Sewaktu tinggal di Izmir dulu, aku dan teman-teman asrama lainnya sering diundang ke rumah mereka. Di sanalah kami dapat menikmati makanan Indonesia dan sejenak melupakan makanan Turki yang hambar serta rotinya yang keras.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Kami sampai di bandara 2 jam sebelum berangkat. Ketika <i>chek in</i>, seperti perkiraanku sebelumnya, koperku melebihi kuota. Mukaku berkerut melihat di layar timbangan tertulis angka 27 Kg, aku tak sanggup mengurangi hingga 7 Kg. Perempuan cantik penjaga counter menggeleng-gelengkan kepalanya. Terpaksa aku keluarkan kata-kata sakti, "<i>Ben öğrenciyim. Bu tatilde ailem için çok hediye getiriyorum. Lütfen, bana yardım et!!"</i> (Saya ini pelajar. Liburan ini, saya bawa banyak oleh-oleh untuk keluarga saya. Tolong bantu saya!!). Dia berpikir sebentar, kemudian mukanya yang mirip Katy Perry tersenyum cerah, “<i>Tamam. 24 Kg olabilir</i>” (Ok. boleh 24 Kg) katanya. Langsung kupindahkan 3 buah buku tebal dari dalam koper ke ranselku, lalu angka timbangan turun menjadi 24,47 Kg. Dia pun memberi kode setuju. Langsung aku ucapkan terima kasih sambil memberi senyuman termanis yang kupunya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Setelah menunggu beberapa saat, kami pun masuk ke pesawat. Seketika berubahlah pemandangan, dari hindung mancung menjadi pesek, dari kulit putih ke sawo matang, dari raut muka kaku menjadi senyum bersahabat ala Pak Cik – Mak Cik tanah semenanjung. Pesawat pun berangsur-angsur meninggalkan Bandara Atatürk Istanbul. Beberapa saat kemudian para pramugari sibuk menyajikan makanan untuk penumpang. Tidak jelas makan untuk apa pada pukul 13.55 itu, apakah makan malam atau sarapan. “<i>Do you want bread or rice</i>?” (kamu mau roti atau nasi) tanya seorang pramugari. Kujawab, “<i>pilav </i></span><i><span lang="TR" style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: TR; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">istiyorum</span></i><span lang="TR" style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: TR; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">” (saya mau nasi). “<i>Hm...Türkçe biliyorsun, İçecek ne?</i>” (Hm...kamu tahu bahasa Turki, Mau minum apa?), tanyanya lagi sambil tersenyum senang. Kujawab, “<i>Su ve şeftalı suyu istiyorum</i>” (Saya mau air putih dan jus aprikot). “<i>Teşekkür ederim</i>” (terima kasih), kataku. “<i>Rica ederim</i>”, jawabnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="TR" style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: TR; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Sengaja aku menggunakan bahasa Turki, karena aku tahu semua pramugari di Turkish Airlines adalah orang Turki. Pengalaman pulang liburan pada tahun sebelumnya, jatah makananku ditambah hanya karena aku bisa berbahasa Turki. Tapi kali ini aku kurang beruntung, hanya porsi senyuman saja yang mereka tambah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span lang="TR" style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: TR; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Setelah makan, mataku mulai terasa berat. Film <i>Ice Age</i> 4 yang kuputar di layar depan kursiku tak mampu menahan rasa kantuk. Perlahan tapi pasti, aku mulai hilang kesadaran dan masuk ke alam mimpi. Sampai bertemu di Kuala Lumpur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<span lang="TR" style="font-family: "Cambria","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: TR; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin; mso-no-proof: yes;">Bersambung........</span><br />
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-84055285930019957882012-12-30T04:03:00.002-08:002012-12-30T04:03:08.620-08:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<iframe src="http://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/15794428" width="479" height="511" frameborder="0" marginwidth="0" marginheight="0" scrolling="no" style="border:1px solid #CCC;border-width:1px 1px 0;margin-bottom:5px" allowfullscreen webkitallowfullscreen mozallowfullscreen> </iframe> <div style="margin-bottom:5px"> <strong> <a href="http://www.slideshare.net/Akmal1986/e-government-in-indonesia" title="E government in indonesia" target="_blank">E government in indonesia</a> </strong> from <strong><a href="http://www.slideshare.net/Akmal1986" target="_blank">Akmal1986</a></strong> </div>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-49242143665894137772012-12-23T06:52:00.003-08:002012-12-23T06:56:40.220-08:00Manajemen Konflik (Gema Ilmiah Ankara, 22/12/2012)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<iframe src="http://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/15741833" width="427" height="356" frameborder="0" marginwidth="0" marginheight="0" scrolling="no" style="border:1px solid #CCC;border-width:1px 1px 0;margin-bottom:5px" allowfullscreen webkitallowfullscreen mozallowfullscreen> </iframe> <div style="margin-bottom:5px"> <strong> <a href="http://www.slideshare.net/Akmal1986/manajemen-konflik-15741833" title="Manajemen Konflik" target="_blank">Manajemen Konflik</a> </strong> from <strong><a href="http://www.slideshare.net/Akmal1986" target="_blank">Akmal1986</a></strong> </div>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-68050410306765951642012-12-05T08:32:00.001-08:002012-12-07T05:03:07.565-08:00E-government Research: Riviewing the Literature, Limitations, and Ways Forward<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghMdrk_QhEiLAqwCy-uETC7eSPNEfsIC6LRGtCmZpsdN2K8zCaPH9s8v1ODFTxqpdXMJXIepcVLEXVp4bTGkMr9abCRaR1gBfw0O5je6a-hNCbr5BA7NGbv24vPSKASZlFo4dORL6g0g/s1600/eGov1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghMdrk_QhEiLAqwCy-uETC7eSPNEfsIC6LRGtCmZpsdN2K8zCaPH9s8v1ODFTxqpdXMJXIepcVLEXVp4bTGkMr9abCRaR1gBfw0O5je6a-hNCbr5BA7NGbv24vPSKASZlFo4dORL6g0g/s200/eGov1.jpg" width="200" /></a></div>
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Introductions<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">This
article discuss about the limitation in the government literature as definition
vagueness of the e-government construct with emphasis political and
institutional environments, and various methodical limitations, and to much
focus on process-oriented e-government studies. Technology in government as
peripheral concern rather than as a core management function. But, until now
technology in government organizations to be one of the core management, such
as the automation of mass transactions like as financial transactions. the
purpose’s using internet and personal computer in government was to enhance the
managerial effectiveness of public administrators while increasing government
productivity, but in practice, that make dependent between administrator and
computer system. In addition, IT were isolated functional and executive
oversight. Since information technology was used automation operation and
efficiency administrator activities, government IT professionals were isolated
from functional and executive oversight. That can make abuse of power.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Definitions and Model e-Government<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">According UN & ASPA, E-government is defined as utilizing the
internet and the world-wide-web for delivering government information and
services to citizens. Means and Schneider define e-government as the
relationship between governments, their customers (business, other governments,
and citizens), and their suppliers (again, business, other governments, and
citizens) by the use of electronic means. Brown and Brudney define e-government
as the use of technology, especially web-based applications to enhance access
to and efficiently deliver government information and services. They categorize
e-government efforts into three broad categories of Government to Government
(G2G), Government to Citizen (G2C), and Government to Business (G2B). One may
include two additional categories in this list: Government-to-Civil Societal
Organizations (G2CS) and Citizen-to-Citizen (C2C).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Subcategories
of e-government<o:p></o:p></span></b></div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableLightShadingAccent2" style="border-collapse: collapse; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #C0504D 1.0pt; mso-border-bottom-themecolor: accent2; mso-border-top-alt: solid #C0504D 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent2; mso-padding-alt: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;">
<tbody>
<tr>
<td style="border-bottom: solid #C0504D 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid #C0504D 1.0pt; mso-border-bottom-themecolor: accent2; mso-border-top-themecolor: accent2; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.4pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 5; text-align: center;">
<b><span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Parties
of communication<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #C0504D 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid #C0504D 1.0pt; mso-border-bottom-themecolor: accent2; mso-border-top-themecolor: accent2; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 79.5pt;" valign="top" width="106"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 1; text-align: center;">
<b><span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Content<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #C0504D 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid #C0504D 1.0pt; mso-border-bottom-themecolor: accent2; mso-border-top-themecolor: accent2; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 105.35pt;" valign="top" width="140"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 1; text-align: center;">
<b><span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Dominant
characteristic<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #C0504D 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid #C0504D 1.0pt; mso-border-bottom-themecolor: accent2; mso-border-top-themecolor: accent2; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.65pt;" valign="top" width="124"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 1; text-align: center;">
<b><span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Definition<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #C0504D 1.0pt; border-left: none; border-right: none; border-top: solid #C0504D 1.0pt; mso-border-bottom-themecolor: accent2; mso-border-top-themecolor: accent2; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.25pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 1; text-align: center;">
<b><span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Example<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #EFD3D2; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.4pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 68; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Government to
Government<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 79.5pt;" valign="top" width="106"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Government information
and services<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 105.35pt;" valign="top" width="140"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Communication,
coordination, standardization of information and services<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.65pt;" valign="top" width="124"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">e-administration<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.25pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Establishing and
using a common data warehouse<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border: none; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.4pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 4; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Government to
Citizen<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 79.5pt;" valign="top" width="106"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
</td>
<td style="border: none; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 105.35pt;" valign="top" width="140"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Communication, transparency,
accountability, effectiveness, efficiency, standardization of information and
services, productivity<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.65pt;" valign="top" width="124"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">e-government<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.25pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Government organization web sites,
e-mail communication between the citizens and government officials<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #EFD3D2; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.4pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 68; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Government to
Business<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 79.5pt;" valign="top" width="106"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<br /></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 105.35pt;" valign="top" width="140"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Communication,
collaboration, commerce<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.65pt;" valign="top" width="124"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">e-government,
e-commerce, e-collaboration<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.25pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Posting government
bids on the web, e-procurement, e-partnerships<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border: none; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.4pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 4; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Government to Civil
society Organizations<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 79.5pt;" valign="top" width="106"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
</td>
<td style="border: none; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 105.35pt;" valign="top" width="140"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Communication, coordination,
transparency, accountability<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.65pt;" valign="top" width="124"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">e-governance<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.25pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Electronic communication and coordination
efforts after disaster<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #EFD3D2; border-bottom: solid #C0504D 1.0pt; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent2; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.4pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 68; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Citizen to Citizen<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border-bottom: solid #C0504D 1.0pt; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent2; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 79.5pt;" valign="top" width="106"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<br /></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border-bottom: solid #C0504D 1.0pt; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent2; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 105.35pt;" valign="top" width="140"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Communication,
coordination, transparency, accountability, grass roots organization<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border-bottom: solid #C0504D 1.0pt; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent2; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.65pt;" valign="top" width="124"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">e-governance<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #EFD3D2; border-bottom: solid #C0504D 1.0pt; border: none; mso-background-themecolor: accent2; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent2; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 92.25pt;" valign="top" width="123"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="color: #943634; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: accent2; mso-themeshade: 191;">Electronic
discussion groups on civic issues<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">The first model argues that e-government projects evolve through
four stages of development. The first stage is cataloguing, providing
government information by creating government agency Web sites. The second
stage is transaction, agencies at this stage can provide online transactions
with government agencies. The third stage is the integration of government
operations within functional areas. Agencies working in the same functional
area integrate their online operations. The fourth stage is horizontal
integration.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">The
second model of e-government development was it proposed a five-stage model of
development. The first, emerging stage. Second, the number of government sites
increase in number and become more dynamic in this ‘enhanced’ stage. The third
‘interactive’ stage enables the users to download forms and interact with
officials through the Web. In the fourth ‘transactional’ stage, users have the
ability to make online payments for transactions. The final ‘seamless’ stage
makes the integration of electronic services across government agencies possible.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Moreover, Fountain introduced the technology enactment framework
that has three elements. That is First, application of IT to an organization
changes the objective form of that technology due to its adjustment to the
organizational form. Second, there is a two-way interaction between the
existing institutional arrangements and organizational forms. Third, the first
two elements, that is, adoption and implementation processes, transform the
objective form of technology to its enacted form. But, the Fountain idea was
criticized by other scientist for three reasons. First, the framework is so
abstract and generalized that it is difficult to use it for prediction. Second,
Fountain's research agenda is not well-linked to the previous literature in
both public administration and IT. Third, Fountain's limited focus, as the book
uses examples only from the U.S. federal government.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Limitations of The e-Government Concept<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">The e-government
concept is limited in four ways. First, e-government don’t has standard
definition of concept, because e-government is a concept defined by the
objective of the activity (transfer of government information and services
among governments, their customers and suppliers), rather than by the specific
technology used, provider of the service/ information, or clear-cut activities
of the related actors. Second, e-government is one of those concepts that mean
a lot of different things to a lot of different groups. For example, identifies
different parts of e-government as e-service delivery, e-democracy, and
e-governance. Third, as if it is not enough for the real substance of the
concept to be ambiguous, poorly defined and/or context-dependent, e-government
contains much hype and promotional efforts/literature as well, similar to the
concepts of “knowledge management” or “management by objectives”. Fourth, one
might ask how substantial a change is required to meet the criteria for a
government technology project to be titled as an e-government project. For
example, are static Web sites or e-mail addresses of public managers enough? Or
is some level of interactions required? Lyne and Lee answer this question with
their stages of e-government growth model.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Suggestions<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">In
the part of policy process and political nature of government has four
suggestion. The first suggestion is to examine and better explain the processes
of, and participation patterns in, e-government projects. The second suggestion
is to address the problem of underspecification in the e-government literature.
The third suggestion is to explain the policy-making processes in e-government
projects in a complex political environment. Fourth, The final suggestion is to
tie the subject of e-government strongly to mainstream public administration
research.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">In the part of methodological suggestion is the change the view to
see e-government from output to process. examine and explain the non-technical
and political nature and processes of e-government may help to protect the
public interest when spending large amounts of government money on e-government
projects. Only when we understand the processes of e-government policy making,
we can evaluate the true merits of e-government initiatives. Moreover, this new
understanding may enable public administrators to be ready to make the
technical, managerial, and political adjustments to the policy-making
processes.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">A new
categorization of e-government research<o:p></o:p></span></b></div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableMediumShading1Accent4" style="border-collapse: collapse; border: none; mso-border-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-themecolor: accent4; mso-border-themetint: 191; mso-padding-alt: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;">
<tbody>
<tr>
<td rowspan="2" style="background: #8064A2; border-right: none; border: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-background-themecolor: accent4; mso-border-themecolor: accent4; mso-border-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 95.4pt;" valign="top" width="127"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 5; text-align: center;">
<b><span style="color: white; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: background1;">Dimension<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td colspan="3" style="background: #8064A2; border-left: none; border: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-background-themecolor: accent4; mso-border-themecolor: accent4; mso-border-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 366.75pt;" valign="top" width="489"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 1; text-align: center;">
<b><span style="color: white; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-themecolor: background1;">Orientation<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 13.9pt; mso-yfti-irow: 0;">
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; height: 13.9pt; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 117.0pt;" valign="top" width="156"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Output<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; height: 13.9pt; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 139.5pt;" valign="top" width="186"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Outcome<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: none; border-right: solid #9F8AB9 1.0pt; border-top: none; height: 13.9pt; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-right-themecolor: accent4; mso-border-right-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 110.25pt;" valign="top" width="147"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Process<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: solid #9F8AB9 1.0pt; border-right: none; border-top: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-left-themecolor: accent4; mso-border-left-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 95.4pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 132; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Focus<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 117.0pt;" valign="top" width="156"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 128;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Web sites,
online government services, front office<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 139.5pt;" valign="top" width="186"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 128;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">How does an
e-government application affect a certain variable such as trust,
accountability, transparency, corruption, government effectiveness, users
perceptions of service quality<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: none; border-right: solid #9F8AB9 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-right-themecolor: accent4; mso-border-right-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 110.25pt;" valign="top" width="147"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 128;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Process of
decision making, planning, implementation, back office<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: solid #9F8AB9 1.0pt; border-right: none; border-top: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-left-themecolor: accent4; mso-border-left-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 95.4pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 68; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Method<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 117.0pt;" valign="top" width="156"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64;">
<div style="text-align: left;">
</div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Content
analysis, determining best practices, benchmarking, surveys, case studies<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 139.5pt;" valign="top" width="186"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Content
analysis, determining best practices, benchmarking, surveys, case studies<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: none; border-right: solid #9F8AB9 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-right-themecolor: accent4; mso-border-right-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 110.25pt;" valign="top" width="147"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Interview,
archival analysis, discourse analysis, case studies<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: solid #9F8AB9 1.0pt; border-right: none; border-top: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-left-themecolor: accent4; mso-border-left-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 95.4pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 132;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Data <o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 117.0pt;" valign="top" width="156"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 128;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Primary and
secondary <o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 139.5pt;" valign="top" width="186"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 128;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Primary and
secondary<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: none; border-right: solid #9F8AB9 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-right-themecolor: accent4; mso-border-right-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 110.25pt;" valign="top" width="147"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 128;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Primary<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: solid #9F8AB9 1.0pt; border-right: none; border-top: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-left-themecolor: accent4; mso-border-left-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 95.4pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Mode of analysis<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 117.0pt;" valign="top" width="156"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Outside-in, deductive<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 139.5pt;" valign="top" width="186"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Outside-in, deductive<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: none; border-right: solid #9F8AB9 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-right-themecolor: accent4; mso-border-right-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 110.25pt;" valign="top" width="147"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Inside-out, inductive<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: solid #9F8AB9 1.0pt; border-right: none; border-top: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-left-themecolor: accent4; mso-border-left-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 95.4pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Outcome<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 117.0pt;" valign="top" width="156"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Descriptive, Exploratory<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 139.5pt;" valign="top" width="186"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Descriptive, Exploratory<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: none; border-right: solid #9F8AB9 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-right-themecolor: accent4; mso-border-right-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 110.25pt;" valign="top" width="147"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Theory generation, explanatory<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: solid #9F8AB9 1.0pt; border-right: none; border-top: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-left-themecolor: accent4; mso-border-left-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 95.4pt;" valign="top" width="127"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 68; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Examples<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 117.0pt;" valign="top" width="156"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Bauer and
Scharl (2000; Cohen and Emicke (2001); Hernon (1998); Stowers (1998); West,
2003a, 2003b<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 139.5pt;" valign="top" width="186"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Cullen and
Houghton (2000); Gant and Gant (2002); La Porte, at al. (1999); Mahmood
(2004); Torres et al. (2005)<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="background: #DFD8E8; border-bottom: solid #9F8AB9 1.0pt; border-left: none; border-right: solid #9F8AB9 1.0pt; border-top: none; mso-background-themecolor: accent4; mso-background-themetint: 63; mso-border-bottom-themecolor: accent4; mso-border-bottom-themetint: 191; mso-border-right-themecolor: accent4; mso-border-right-themetint: 191; mso-border-top-alt: solid #9F8AB9 1.0pt; mso-border-top-themecolor: accent4; mso-border-top-themetint: 191; padding: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; width: 110.25pt;" valign="top" width="147"><div class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-yfti-cnfc: 64;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Bellamy and
Taylor (1998); Fountain (2011); Jonas (2000); Yildiz (2004)<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; text-align: left;">Summary of Mete Yıldız paper in Government Information Quarterly Journal (2007)</span><br />
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 24px; text-align: left;"><br /></span></div>
</div>
Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-2229577809908853582012-06-07T04:56:00.003-07:002012-06-07T05:11:45.317-07:00YÖNETİM DEĞERLENDİRMESİ<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNPJQkjVEJvcNSWRXAaGOteKOQfoEeCuUCjOkkSeHGVypCYlAYd68PEVbLU21h5umfY9yZVHr6oyER-kIkqFUbtXuPnxmEgybJ5DB47YH1rm_3ldh3KsWZ2uYYflXA-DiSo9QC1Q7U7w/s1600/Tips-Untuk-Menilai-Masa-Sub.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 180px; height: 180px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNPJQkjVEJvcNSWRXAaGOteKOQfoEeCuUCjOkkSeHGVypCYlAYd68PEVbLU21h5umfY9yZVHr6oyER-kIkqFUbtXuPnxmEgybJ5DB47YH1rm_3ldh3KsWZ2uYYflXA-DiSo9QC1Q7U7w/s400/Tips-Untuk-Menilai-Masa-Sub.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5751266348310794466" /></a><br /><p class="MsoNormal" align="center" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%; "><b><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">GİRİŞ<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Çok geniş bir tanımlama yönetim, uzmanları için temel teorik sorunları oldu. Bu nedenle yönetim değerlendirmek için parametrenin uygulaması çok zor. Çünkü yönetim (yumuşak bilimi) çok boyutlu (multidimensional) ve çok disiplinli (multidisciplinary) bir bilim olarak değerlendirmek için çok geniş. Başka, kamu ilişkilere odağı daraltmaya karar alma ve uygulama süreci içerir olduğunu. Yönetiminin yeri (locus) kamu işlerine devletin rolünün azaltılması ile daraldı. Onlar kendilerini değerlendirmek ve geliştirmek için yönetim teşvik etti.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR"> </span></p> <p class="MsoNormal" align="center" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%; "><b><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">DEĞERLENDİRMESİNİN PARAMETRELERİ<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Yönetim değerlendirmek için performans değerlendirme kullanılabilir. Kavramı yani kapsamlı bir değerlendirme girdi (<i>inputs</i>), çıktı (<i>outputs</i>), sonuçlar (<i>results</i>), faydalar (<i>benefits</i>), ve etkileri (<i>impacts</i>) içerir. Kavramının parametreleri, etkinlik (<i>effectivity</i>), verimlilik (<i>efficiency</i>), prodüktivite (<i>productivity</i>), ve k</span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman', serif; background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; ">â</span></span><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-ansi-language:TR">rlılık (<i>profitability</i>) vardır.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Etkinlik yani bir başarı, kullanılan kaynak oranı (girdi) ve çıktı ne olursa olsun. Çıkış elde edilmesi etkili toplum hizmet şeklinde gerçekleştirilir. Etkinlik, hedeflere ulaşma derecesini ve istenilen etki ile gerçekleşen etki arasındaki ilişkiyi ifade etmektedir. Etkinlik üzerinde durulurken çıktılarla, sonuçlar arasında ayrım yapmak önemlidir. Sonuçları ölçmek ve değerlendirmek, girdi ve çıktıları ölçmek ve değerlendirmekten daha zordur. Performans denetimi alanında elde edilen gelişmeler sonucu, incelemesi ve ölçmesi daha kolay olan verimlilik ve tutumluk denetiminden, etkinlik denetimine doğru bir yöneliş vardır. Etkinlik konusu politikaya çok yakın bir konu olup, denetçiler politikalarla değil, politika araçlarının seçimi ve bunların uygulanması ile ilgilenmektedirler.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Verimlilik genel olarak, insan ihtiyaçlarını tatmin eden kaynakların etkinliğinin ölçüsüdür. Verimlilik üretin mal ve hizmet miktarı ile bu üretimde kullanılan faktör miktarı arasındaki ilişki olarak ifade edilebilir. Verimlilik bir başka şekilde çıktı ve girdi arasındaki orantı olarak da tanımlanabilir. Bu tanım, herhangi bir yönetim, bir endüstri ya da ekonomi içinde geçerlidir. Verimlilik, üretilen miktarla bunun üretiminde kullanılan her hangi bir kaynak arasındaki oranı göstermektedir. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Prodüktivite üretim verimi bir ölçüsüdür. Prodüktivite üretmek (girdi) için gerekli olan üretim çıktısının oranıdır. Prodüktivite boyutu toplam giriş bir birim başına toplam çıkış olarak tanımlanmıştır.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">K</span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman', serif; background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; ">â</span></span><span lang="TR" style="font-size: 12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">rlılık bir diğer parametre göstergesidir. O politikaları ve kararları bir dizi net sonucunda (Brigham ve Houston, 2001: 197). Diğer duyular, K</span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman', serif; background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; ">â</span></span><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: TR">rlılık, en basit ifadesiyle kazancın, bu kazancı sağlamak için kullanılan sermayeye oranıdır. K</span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman', serif; background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; ">â</span></span><span lang="TR" style="font-size: 12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">rlılık kavramı da teknik açıdan bazı alt gruplara ayrılabilir ve bu şekilde ölçülebilir.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Artık tüm parametrelerden kamu sektöründe etkinlik çok kullanılıyor. Çünkü sektöründe kamu yönetimi ve siyaset karışık oluyor. Siyasetinde verilen giriş ile karşılaştırıldığında sonuç çıktı çok verimli değildir. Böyle diğer parametreler, verimlilik, prodüktivite, ve k</span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman', serif; background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; ">â</span></span><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-ansi-language:TR">rlılık kullanılmak için çok zordur. Bundan başka sosyal adaleti kavramı görünüyor. Kavramı verimlilik kavramı için eleştiri oluyor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Sosyal adaleti kamu yönetiminin amaçlarından biri oluyor. O verimlilik, prodüktivite, ve k</span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman', serif; background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; ">â</span></span><span lang="TR" style="font-size: 12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">rlılık ile değerlendirilmez. Sosyal adaleti, azınlıkların siyasi güç ve ekonomik refahını artırmak için dizayn faaliyetleri kapsamaktadır. Bu verimlilik kavramı kolaylaştırdı edilmez. Sosyal adaleti değerlendirmek için sonuçların (<i>results</i>) ölçüsüne kadar değildir, ama faydalar (<i>benefits</i>), ve etkilerin (<i>impacts</i>) ölçüsüne kadar değerlendirilmeli.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height: 150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: TR"> </span></p> <p class="MsoNormal" align="center" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%; "><b><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">YÖNETİM GELİŞTİRMESİ<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-ansi-language:TR">Klasik Kamu Yönetimi (Old Public Administration), Yeni Kamu Yönetimi (New Public Management) ve Yeni Kamu Hizmetlerinden (New Public Service) kamu yönetiminin geliştirmesi parametreleri ile değerlendirilmek için çok ilginç. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="font-family: Georgia, serif; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; "><!--[if !supportLists]--><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-ansi-language:TR">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal; "> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: TR">Klasik Kamu Yönetimi (Old Public Administration)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Klasik Kamu Yönetimi bürokrasi ile eşanlamlı oldu. Bürokrasi kuruluşun İdeal tipi, yönetim sisteminde uzmanlaşmış çeşitli görevleri yürütmek için modern devlet kullanılan. Ancak bürokrasi çeşitli hastalıkların ortaya çıkmasına yerleştirmek için oldu (patoloji bürokrasi), mesela verimsizlik. Oysa Weber tarafından önerilen ideal bürokrasisinin özellikleri, örgütün verimliliğini maksimize resmi örgütsel biçimler hakkında formülasyon verdi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-ansi-language:TR">Kaynakların sınırlarından dolayı, kamu kuruluşlarında dağıtımı gerçekleştirmek için bürokrasi öncelikli (priority) yapmalı. Öncelik verimliliğine dayalı, bazen dağıtım politikasında bir paradoks oldu. Kamu yönetimi verimlilik düşünürken genellikle adalet yönleri marjinal oldu. Genellikle etkinliğinin tedbirleri karar vermesinde bu durumu engellemek için daha sık kullanıldı.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="font-family: Georgia, serif; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; "><!--[if !supportLists]--><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-ansi-language:TR">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal; "> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: TR">Yeni Kamu Yönetimleri (New Public Managements)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Yeni Kamu Yönetimleri, hizmetlerinin sağlanmasında kamu yönetiminin zayıf performansı bir çözüm olarak göründü. Bürokrasinin görev ve fonksiyonları idari alanlarda vardır, böylece verimli bir şekilde çalıştırılabilir. Bu çalışma, devlet aygıtı içinde girişimcilik (etkinli ve verimli sistemi) ruhu enjekte ederek yapıldı. Girişimci ruhu enjekte, idari alanlarda bürokrasinin daha verimli bir performans oluşturmak için çok önemlidir. İdari alanlarda yönetim faaliyetleri ve kaynakların dağılımı içerdi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-ansi-language:TR">Kaynaklarin dağılımı sosyal adaleti hedefleyen siyasi bir bölge oluyor. Girişimcilik ruhunu uygulanması bölgesinde halkın sömürü riskini artırabilir, çünkü piyasa mekanizması kullanıyor. Piyasa mekanizması arz ve talep düzeyi tarafından belirleniyor, böylece sosyal adaleti olmak için mümkün değildir. Sosyal adaleti yoksa insanların sömürülmesi vardır.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="font-family: Georgia, serif; margin: 0in 0in 0.0001pt 22.5pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; "><!--[if !supportLists]--><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-ansi-language:TR">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal; "> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: TR">Yeni Kamu Hizmetleri (New Public Services)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Yeni Kamu Hizmetlerinin temel kavramı karar verme sürecinde toplumun rolünü iyileştiriyor ve geliştirdi. Bütün bu zaman küçük toplumun rolü ve katılımı, çünkü hükümet karar vermesinde ana rolü oldu. Ancak asıl sorun kendi halkı ile temsil kurumu/devlet arasındaki iletişim kanalı arıza oldu. Yeni Kamu Hizmetleri toplum katılımı ve kamu görevlilerinin hesabı artmak için verdi. Ortaya çıkan politikası toplumun güçlendirilmesi hedef almalıdır. Güçlendirme çıktısı (output) toplumun bağımsızlık büyüme oldu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Sonra, kavramı İyi Yönetişim (<i>Good Governance</i>) kavramının ortaya çıkmasını teşvik ediyor. İyi yönetişim uygulanan veya uygulanması karar verme süreci. Başlıca özelliği katılım, uzlaşma yönelimli, hesap verebilir, şeffaf, duyarlı, etkili ve verimli, eşitlik ve açık, ve hukukun üstünlüğüne izleyin oluyor. İyi Yönetişimin kavramı sosyal adaleti az dikkate alıyor. Onun için bu bürokrasinin kalitesine bağlıdır. Eğer bürokratik kalite olursa sosyal adaleti ulaşılabilir.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height: 150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: TR"> </span></p> <p class="MsoNormal" align="center" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%; "><b><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">SONUÇ<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">Yönetim değerlendirmesi girdi, çıktı, sonuçlar, faydalar, ve etkileri seviyesinden yapıldı. Yönetim parametreleri, etkinlik, verimlilik, prodüktivite, ve k</span><span class="apple-style-span"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman', serif; background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; ">â</span></span><span lang="TR" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR">rlılık vardır. Parametreleri yönetim gelişmesi (paradigma) tarafından kullanıldı.</span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Georgia, serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%; "><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-align: left; ">Gelişme üç aşamadan görünümleri, kamu yönetiminin rolü bir kayma yaşadı. Klasik aşamada, devlet rolü çok güçlüdür. Böylece kontrol mekanizması yapmak için toplulukların rolü çalıştı. Zayıf kontrol mekanizmaları yolsuzluk ve verimsizliğin fırsatları yarattı. Yeni Kamu Yönetimi bürokrasinin performansını artırmak için bir girişim sundu. Ancak insanların sömürülmesinin riski arttı. Dışlanmış toplulukların konumu nedeniyle karar verme sürecinde daha az içerildi. Problemi Yeni Kamu Hizmetleri tarfından onarıldı. O karar verme sürecinde toplumun rolünü geri yüklemeye çalıştı. O çeşitli unsurları yoluyla (Devlet, toplum ve özel) sosyal ve demokrasi önlemleri hükümetin rolünü odakladı.</span></p><div style="font-family: Georgia, serif; line-height: normal; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-fareast-font-family:Calibri;mso-fareast-theme-font: minor-latin;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA"><br /></span></div><div style="font-family: Georgia, serif; line-height: normal; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-fareast-font-family:Calibri;mso-fareast-theme-font: minor-latin;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA"><br /></span></div><div style="font-family: Georgia, serif; line-height: normal; "><span lang="TR" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-fareast-font-family:Calibri;mso-fareast-theme-font: minor-latin;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:TR;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA"><br /></span></div><div><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 18px; font-size: 100%; ">Yazar: Akmal Khairi (11912338)</span></div><div><span ><span style="line-height: 18px;">Not: Ankara Üniversitesi, Sosyal Bilimler Enstitüsü, Siyaset Bilimi ve Kamu Yönetimi Bölümü, </span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 24px; text-align: center; font-size: 100%; ">Eleştirel Yönetim Okumaları Dersinin Makalesi.</span></div>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-78761510293039069462012-04-01T00:26:00.001-07:002012-04-01T00:29:09.046-07:00HARUSKAH BBM NAIK ?<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnUOBE07CGNyUDr4AsHJj-cQsZxIjk9ha__JGy9FwHJDpJ2ugjwZG7lqkbcJZPKaZukGL82_q_yaWf4kxJnlBU308-mHFrMsRre12M1ANVLQulvstCHJy5QGb3M7KEAk7cu-ml_0j5YQ/s1600/di-atas-kertas-kenaikan-bbm-bisa-batal.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 16px; height: 16px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnUOBE07CGNyUDr4AsHJj-cQsZxIjk9ha__JGy9FwHJDpJ2ugjwZG7lqkbcJZPKaZukGL82_q_yaWf4kxJnlBU308-mHFrMsRre12M1ANVLQulvstCHJy5QGb3M7KEAk7cu-ml_0j5YQ/s400/di-atas-kertas-kenaikan-bbm-bisa-batal.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5726331022991269170" /></a><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span ><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Kenaikan harga minyak (BBM) di sebagian besar negara merupakan peristiwa biasa, sama dengan kenaikan harga sebuah permen. Tapi di Indonesia, kenaikan BBM merupakan peristiwa yang luar biasa karena memicu naiknya harga kebutuhan pokok, bahkan harga permen pun ikut terdongkrak. Seperti kata </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Pak </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Dahlan Iskan, siapapun presidennya akan terjerat dengan BBM. Terjerat untuk memutuskan naik atau tidaknya harga emas hitam tersebut. Kenaikan harga BBM yang sebenarnya berada di ranah ekonomi keuangan meluas ke ranah politik. Dan bisa ditebak ujungnya, menimbulkan kehebohan yang luar biasa.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span ><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Banyak pihak yang mencoba memberikan solusi seperti </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Pak </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Dahlan Iskan yang mencoba mengembangkan mobil listrik nasional untuk mengurangi ketergantungan transportasi terhadap BBM. Dan saya juga merasa ikut terpanggil memberikan solusi sesuai dengan ilmu yang saya miliki, yaitu administrasi publik. Dalam ilmu administrasi publik, proses pengambilan keputusan memiliki banyak pilihan, atau dengan kata lain banyak jalan menuju Roma. Tulisan ini mencoba mengkaji pilihan-pilihan tersebut.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span ><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Subsidi BBM mulai diberikan ketika Indonesia mengalami surplus minyak pada tahun 80-an. Pada saat itu, minyak yang kita hasilkan lebih besar dari pada yang dikonsumsi</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">, s</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">ehingga pemerintah mampu untuk memberikan subsidi. Namun sejak akhir tahun 90-an, produksi minyak nasional terus menurun, sedangkan konsumsi terus </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">meningkat</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Pada tahun 2012 ini, produksi minyak nasional sekitar 900 ribu barel per hari, sedangkan konsumsi sebesar 1,3 juta barel per hari. </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Inilah yang memaksa pemerintah mencabut subsidi untuk menyeimbangkan anggaran.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span ><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah pencabutan subsidi merupakan </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">solusi</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; "> satu-satunya?<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; "><span >Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa sebab dari dicabutnya subsidi BBM adalah terjadinya ketimpangan antara jumlah produksi dengan jumlah konsumsi. Produksi terus menurun, sementara konsumsi terus meningkat. Dari penjelasan tersebut sebenarnya ada 3 solusi, yaitu meningkatkan produksi, mengurangi konsumsi, terakhir baru mencabut subsidi agar sesuai dengan harga pasar.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span ><i><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Solusi pertama</span></i><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">, meningkatkan produksi</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">,</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; "> bisa dengan melakukan efisiensi dan </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">maupun </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">membuka ladang minyak baru.</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 115%; "> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Untuk efisiensi, sistem <i>cost recovery</i> (biaya produksi minyak yang diganti oleh negara) sangat tidak efisien. Sistem ini sangat memanjakan perusahaan minyak karena biaya eksplorasi, produksi, dan administrasi yang mereka keluarkan diganti oleh pemerintah. Inilah bisnis yang tidak mengenal rugi atau balik modal. Lebih menyakitkan lagi, 90% blok migas kita dikuasai asing, sehingga dana <i>cost recovery</i> tersebut mengalir ke luar. Pada tahun 2012 ini saja, negara harus membayar <i>cost recovery</i> (secara tidak langsung subsidi untuk perusahaan migas) sebesar US$ 15,3 miliar (Rp 140,2 Triliun). Jika pemerintah bisa menghapuskan atau mengurangi <i>cost recovery</i> ini, tentu pengahasilan dari sektor migas akan meningkat sehingga mampu mempertahankan subsidi BBM.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; "><span >Kebijakan perminyakan Indonesia, selain tidak efisien dalam produksi juga tidak efisien dalam proses penjualan. Pemerintah mengizinkan perusahaan eksplorasi minyak untuk menjual produksinya langsung ke luar negeri. Untuk kebutuhan dalam negeri, pemerintah meminta Pertamina selaku distributor BBM membeli minyak dengan harga pasar melalui Petral, yaitu perusahaan broker yang berpusat di Singapura. Inilah salah satu alasan pemerintah mengurangi subsidi bahkan mungkin akan mencabutnya. Padahal, ada cara yang lebih efisien, yaitu pertamina membeli langsung dari perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia, kemudian mengolahnya sendiri. Cara ini mampu menekan ketergantungan harga minyak dalam negeri terhadap harga di pasar dunia. <o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; "><span >Untuk pembukaan ladang minyak, pemerintah sama sekali tidak menunjukkan usaha untuk mencari ladang minyak baru. Dari 60 cekungan minyak yang diketahui, baru 38 yang dieksplorasi. Di cekungan yang belum dioperasi tersebut terdapat cadangan sebesar 9,67 miliar barel minyak. Jika semuanya deksplorasi maka cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (479 juta barel per tahun) selama 20 tahun. Bahkan angka ini masih bisa bertambah jika pemerintah benar-benar berusaha meningkatkan riset untuk menemukan ladang minyak yang baru. Namun, potensi ini tidak dimanfaatkan secara maksimal. Inilah yang menjadi ironi, disaat konsumsi minyak meningkat tajam, pemerintah hanya membuka sedikit ladang minyak baru.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span ><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Solusi kedua</span></i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; "> adalah mengurangi konsumsi BBM. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan BBM. Dari konsumsi minyak nasional, 56% berada di sektor transportasi. Jika pemerintah ingin mengurangi penggunaan BBM, maka mengembangkan transportasi umum yang berkualitas serta menekan penggunaan kendaraan pribadi adalah solusinya. Namun, hampir tidak ada usaha pemerintah untuk melakukan hal tersebut. Malah yang ditekan adalah rakyat kecil lewat program konversi minyak ke gas (hanya 14 % dari konsumsi BBM nasional). <o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; "><span >Kita bisa amati, dalam beberapa tahun belakangan tidak ada usaha pemerintah untuk mengembangkan transportasi masal, seperti kereta api. Transportasi yang sudah ada pun kualitasnya masih sangat rendah. Inilah yang menghambat masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Otomatis ini juga menghambat usaha untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi di kota-kota besar. <o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span ><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; ">Solusi ketiga</span></i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; "> adalah mencabut subsidi BBM. Inilah pilihan yang paling mudah, merugikan dan beresiko tinggi. Pemerintah tidak perlu bertindak apa-apa, hanya mengikuti harga pasar. Ketika harga pasar naik dan mengancam keseimbangan anggaran tinggal mencabut subsidi. <o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; "><span >Pengambilan sebuah keputusan di pemerintahan harus memperhatikan prinsip rasionalitas publik, yaitu mengambil keputusan terbaik berdasarkan logika. Tujuannya untuk mendapatkan dukungan dan mengurangi potensi konflik dengan masyarakat. Berdasarkan fakta di atas, solusi yang paling rasional adalah solusi pertama dan kedua. Bahkan jika dikombinasikan antara keduanya, akan menghasilkan keuntungan yang luar biasa. Yang menjadi pertanyaan terakhir adalah jika ada pilihan-pilihan lain yang lebih menguntungkan dan aman mengapa pemerintah lebih memilih pilihan yang merugikan dan beresiko? Apakah ini karena ketidaktahuan atau karena kesengajaan? Entahlah….</span><span ><o:p></o:p></span></span></p>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-28647155453307022422012-03-09T23:37:00.001-08:002012-03-09T23:39:00.988-08:00KEADILAN DALAM TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlRS3mpvub6ve_bkazocHL3o25rGl-7vmZQUn5xDonz52D3EIRu5OujgQ_GhGmtdiEzCIBySWkODUfVAP0EiifpJAKJF4ncoicSkx_hQPgMO8iJTJo8JjrA53J6pA3sdcsntqjp8DJHA/s1600/lingkung.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 16px; height: 16px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlRS3mpvub6ve_bkazocHL3o25rGl-7vmZQUn5xDonz52D3EIRu5OujgQ_GhGmtdiEzCIBySWkODUfVAP0EiifpJAKJF4ncoicSkx_hQPgMO8iJTJo8JjrA53J6pA3sdcsntqjp8DJHA/s400/lingkung.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5718169688933557570" /></a><br /><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; "><span ><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">Isu <i>illegal loging</i> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">dan pengrusakan lingkungan </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">kembali marak untuk diperbincangkan</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "> karena tema tersebut muncul kembali dalam beberapa waktu belakangan.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">Beberapa hari yang lalu kita dikejutkan oleh</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "> laporan </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">LSM internasional, </span><i><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">Green Peace</span></i><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "> yang menyatakan sebagian bahan baku kertas PT Indah Kiat <i>Pulp & Paper</i> menggunakan kayu ramin, yaitu kayu alam yang dilindungi secara internasional. Ini adalah kasus yang kesekian kalinya organisasi/negara asing menggunakan isu lingkungan untuk </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">menyorot</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "> produk-produk</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "> </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">Indonesia. Bulan lalu </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">juga </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">diberitakan</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">,</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "> Amerika Serikat memperingatkan perusahaan CPO Indonesia </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">karena </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">isu lingkungan. <o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; "><span ><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">Berbicara mengenai <i>illegal loging</i>, kerusakan hutan </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">dan</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "> lingkungan akan membawa kita kepada suatu isu yang sedang mendunia yaitu pemanasan global (<i>global warming</i>). </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">Pemanasan global terjadi karena meningkatanya jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan oleh polusi (kendaraan bermotor dan industri) serta kerusakan alam akibat eksploitasi yang berlebihan. </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">Fakta yang ada, Amerika Serikat </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">menghasilkan </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">emisi gas rumah kaca </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">sebesar 25% dari yang dihasilkan dunia</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">. Selanjutnya negara-negara Eropa juga masuk peringkat atas penghasil gas rumah kaca</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">. Khusus </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">Amerika Serikat</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">, sebagai </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; ">salah satu penghasil emisi gas rumah kaca</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "> terbesar, selalu menolak menandatangani protokol Kyoto yang pada intinya mewajibkan setiap negara mengurangi emisinya. <o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; "><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "><span >Melihat fakta yang ada, sangat menggelikan dengan tindakan <i>Green Peace</i> maupun Amerika Serikat yang selalu menyalahkan Indonesia atas kerusakan lingkungan, padahal negara mereka adalah perusak lingkungan terbesar di dunia. <i>Green Peace</i> sebagai organisasi yang berpusat di Belanda lebih sibuk mengurusi kerusakan hutan di negara berkembang daripada menekan negara-negara Eropa (maju) untuk mengurangi emisinya. Lebih menggelikan lagi, <i>Green Peace</i> sangat jarang membicarakan pengrusakan lingkungan yang dilakukakan negara perusak lingkungan terbesar seperti Amerika Serikat. Mereka lebih sering menyorot Indonesia yang memiliki peran kurang dari 1% terhadap pemanasan global. Tentunya ini menimbulkan keraguan, apakah benar mereka sedang berusaha menyelamatkan lingkungan atau sedang melakukan strategi dagang untuk menjegal negara-negara berkembang?.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; "><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "><span >Pada saat ini, Amerika Serikat belum pulih dari krisis ekonomi dan Eropa juga sedang berjuang melepaskan diri dari krisis. Ditengah keadaan sulit tersebut, perekonomian negara-negara Asia tetap tumbuh positif. Sudah jadi rahasia umum, negara-negara barat sangat khawatir terhadap kemajuan ekonomi/industri yang dicapai negara-negara Asia. Sejarah juga mencatat trik-trik kotor yang pernah dilakukan barat untuk mengerem kemajuan industri negara-negara timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Cina, mulai dari isu HAM, <i>dumping</i>, dan lingkungan. Negara-negara barat mengangkat isu tersebut seolah-olah mereka suci dari pelanggaran HAM, kebijakan dumping, maupun pengrusakan lingkungan baik di masa lalu maupun sekarang.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; "><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "><span >Kita juga tidak setuju terhadap pengrusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, tapi kita lebih tidak setuju lagi jika tanggung jawab penyelamatan lingkungan dunia dibebankan kepada perusahaan-perusahaan tersebut. Bagaimana mungkin perusahaan yang menggaji karyawannya hanya standar UMR, disuruh memikul beban yang sama dengan perusahaan-perusahaan di barat yang menggaji karyawannya ribuan dolar. Sungguh sebuah ketidakadilan dan pelanggaran HAM berat jika kita menekan perusahaan seperti Indah Kiat memikul tanggung jawab meyelamatkan lingkungan dunia, karena pihak yang akan merasakan beban terbesar adalah buruh-buruh yang berada di level bawah. Merekalah golongan pertama yang akan dikorbankan jika perusahaan mengalami penurunan pendapatan.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; "><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "><span >Penyelamatan lingkungan merupakan tanggung jawab semua manusia yang hidup di muka bumi ini. Salah satu masalah terbesar adalah penyelamatan lingkungan berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi/industri. Pihak yang melakukan kebijakan penyelamatan lingkungan harus berhadapan dengan konsekuensi menurunnya pendapatan mereka. Inilah yang selalu menjadi keengganan berbagai pihak, baik negara maupun industri untuk memulai aksi menyelamatkan lingkungan. Oleh karena itu, nilai-nilai keadilan adalah sesuatu yang mutlak digunakan untuk menentukan seberapa besar tanggung jawab yang diemban oleh masing-masing pihak. Keadilan Komutatif (sama besar) tidak bisa digunakan dalam membagi tanggung jawab tersebut. Keadilan Distributif (sesuai dengan porsinya) adalah jawaban yang tepat untuk masalah ini karena keadilan tersebutlah yang menjamin setiap pihak berperan menyelamatkan lingkungan sesuai dengan “dosa-dosa” yang telah dibuatnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; "><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; "><o:p><span > </span></o:p></span></p>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-29730097711492241902012-02-04T03:42:00.000-08:002012-02-04T03:49:02.846-08:00ANTARA MIMPI DAN KENYATAAN<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDkMDAFXtXb4W-FE7ggFikgRxs2yT172GhOfv46JfflBW2DWUCFJVr1S8qW1kV9Wj5a5tnKX8hVDsjbCzMnH10_wQRSXkpfrY4z3nc66aFFIf_5aRkUWPRP7Gk4tQShlENk6Z6GZNUyA/s1600/mimpi.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 296px; height: 296px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDkMDAFXtXb4W-FE7ggFikgRxs2yT172GhOfv46JfflBW2DWUCFJVr1S8qW1kV9Wj5a5tnKX8hVDsjbCzMnH10_wQRSXkpfrY4z3nc66aFFIf_5aRkUWPRP7Gk4tQShlENk6Z6GZNUyA/s320/mimpi.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5705245169145950322" /></a><br /><p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%"><span style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-no-proof:yes">Pembahasan </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">mengenai barat dan timur </span><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-no-proof:yes">akan </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">membawa kita melihat beberapa perbedaan. Selain perbedaaan geografi, kita </span><span style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-no-proof:yes">juga dapat</span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes"> melihat perbedaan nilai-nilai yang di gunakan. Di barat, nilai-nilai yang dominan adalah nilai-nilai individu. Kebebasan individu menjadi </span><span style="font-size:12.0pt;line-height: 150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-no-proof: yes">prinsip dasar</span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height: 150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: IN;mso-no-proof:yes"> dalam kegiatan masyarakat barat. Sedangkan, orang-orang timur lebih mengedepankan nilai-nilai kebersamaan/kemasyarakatan. Sehingga kebebasan individu bukan hal yang mutlak karena harus disesuaikan dengan kepentingan umum.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">Perbedaan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun yang perlu dicatat, setiap per</span><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-no-proof:yes">a</span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">daban maju dan berkembang dengan </span><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-no-proof:yes">berpedoman</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes"> kepada nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai kebebasan individu yang digunakan masyarakat barat menjadi napas bagi revolusi industri pada abad ke 17. Sebelum itu, nilai-nilai islam menjadi dasar utama bagi kejayaan bangsa arab dari abad ke 7 hingga abad ke 12. </span><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-no-proof:yes">Bahkan j</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">auh sebelum masehi, beberapa peradaban kuno telah mencapai </span><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-no-proof: yes">puncak </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: IN;mso-no-proof:yes">kejayaan dengan nilai-nilai yang mereka yakini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">Indonesia sebagai bagian dari bangsa timur juga memiliki nilai-nilai tersendiri. Bahkan jumlah</span><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-no-proof:yes">nya</span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes"> lebih banyak karena keadaaan masyarakat yang majemuk, beraneka ragam etnis dan agama. Meskipun begitu, banyaknya nilai berbanding terbalik dengan </span><span style="font-size:12.0pt;line-height: 150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-no-proof: yes">penggunaannya</span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height: 150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: IN;mso-no-proof:yes">. Kecenderungan masyarakat Indonesia di abad 21 ini, nilai hanya menjadi cerita tertulis,</span><span style="font-size:12.0pt;line-height: 150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-no-proof: yes"> sedangkan</span><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: IN;mso-no-proof:yes"> </span><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-no-proof: yes">tindakan sehari-hari masih jauh bahkan bertolak belakang dengan nilai yang dianut. </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: IN;mso-no-proof:yes">Misalnya b</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman', serif; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; ">agi orang Indonesia, banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih dihargai daripada cara memperoleh kekayaan tersebut (Kwang</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman', serif; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; ">, 2001</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman', serif; background-image: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; ">). Tidak heran, kejahatan dan kebohongan besar seperti korupsi pun diterima sebagai sesuatu yang wajar.</span><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-no-proof:yes"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%"><span style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-no-proof:yes">Riau yang merupakan bagian dari Indonesia, memiliki banyak nilai yang telah diwariskan oleh para leluhur. Nilai-nilai tersebut secara tidak langsung terlembaga karena penggunaan simbol-simbol budaya dalam kegiatan pemerintahan. Namun, seperti cerminan masyarakat Indonesia sekarang, simbol hanya sebatas simbol. Tindakan sehari-hari masih jauh dari simbol yang digunakan. Di atas pangung mengajarkan nilai sopan santun, tapi sehari-hari menunjukkan sifat kasar dan hasut. Setiap saat menganjurkan kejujuran, namun dalam kata dan perbuatan lebih banyak kebohongan daripada kebenaran. Kopiah dan songket tidak pernah ketinggalan, tapi justru dengan itu KKN dilaksanakan. Setiap pidato ayat Al-quran jadi kutipan, tapi dalam keseharian halal dan haram dicampuradukkan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%"><span style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-no-proof:yes">Walaupun terlihat jelas perbedaan ucapan dan sikapnya, mereka masih saja berteriak membanggakan budayanya. Bahkan ini didukung oleh sikap lembaga-lembaga yang memberikan gelar adat tanpa ukuran yang jelas. Orang yang jelas-jelas tak beradat malah mendapatkan gelar adat. Inilah yang menjadi pembenaran kejahatan atau penyimpangan yang mereka lakukan. Ketika terjadi kerusakan moral di masyarakat, yang jadi kambing hitam adalah pelaku dan pengaruh luar. Padahal, jika para tokoh mampu menerapkan dan memberikan teladan, kerusakan moral bisa dikurangi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%"><span style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-no-proof:yes">Keadaan seperti itu tidak menyurutkan masyarakat Riau untuk bermimpi mencapai visi misi Riau 2020: menjadi pusat peradaban melayu dan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Sekarang kita lihat saingan kita seperti Malaysia dan Singapura. Malaysia sangat konsisten menerapkan nilai-nilai melayu dalam pembangunannya. Begitu juga dengan Singapura, sebagai negara multi etnis mereka menggunakan nilai-nilai kebaikan universal seperti disiplin, kebersihan, ketegasan dan lain-lain. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%"><span style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-no-proof:yes">Mereka semua telah berlari untuk mencapai cita-citanya, sementara kita menjadikan cita-cita hanya sebagai pelengkap konsep pidato. Masih beranikah kita bermimpi menguasai Asia Tenggara dengan saingan yang sedang melaju pesat dan kita yang sedang kehilangan jati diri?. Berkaca dari pengalaman beberapa umat yang telah mencapai puncak kejayaan di masa lalu, sulit rasanya untuk yakin kita akan berhasil. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%"><span style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-no-proof:yes">Kembali ke khittah adalah salah satu solusi. Kembali ke nilai-nilai yang kita yakini dapat membangun jati diri kita. </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN">Michael P. Todaro</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">, memasukkan </span><i><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN">Self-estem</span></i><span lang="IN" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes"> (jati diri) sebagai syarat</span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN"> untuk memahami makna pembangunan. Pembangunan akan kehilangan roh jika masyarakatnya kehilangan jati diri. Tentu saja dengan harapan ini bukan sekedar tulisan penghias spanduk, tapi tindakan nyata yang harus dilakukan dalam keadaan senang ataupun susah. Aparat pemerintah, tokoh masyarakat, alim ulama, dan cerdik pandai adalah ujung tombak utama. Karena sebagai tokoh publik, merekalah yang menjadi panutan bagi masyarakat. Selama mereka masih mempertontonkan penyimpangan, sulit untuk berharap akan terjadi perubahan. Ibarat kata pepatah, jika guru kencing berdiri, muridnya akan kencing berlari.</span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: IN;mso-no-proof:yes"><o:p></o:p></span></p>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-91361205846937083132012-01-13T04:12:00.000-08:002012-01-13T04:21:48.458-08:00AMBIGUITAS OTONOMI DAERAH<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXN6FkuuhWj3zjcZBS9mvHK6cu53UOeLR8MLYnjBaJ-5WI7Mbljs9xOEsj4sp_urckL3Sjc2trpkB03VVWXvR7tTFKjmqhNvd_5zUkxEZjiHuqDRlOPbd_oCnxIRX2qVJ7B70h2Ny8Fg/s1600/Vasarely_Victor-AMBIGU-B.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 16px; height: 16px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXN6FkuuhWj3zjcZBS9mvHK6cu53UOeLR8MLYnjBaJ-5WI7Mbljs9xOEsj4sp_urckL3Sjc2trpkB03VVWXvR7tTFKjmqhNvd_5zUkxEZjiHuqDRlOPbd_oCnxIRX2qVJ7B70h2Ny8Fg/s200/Vasarely_Victor-AMBIGU-B.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5697090693077657938" /></a><br /><p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%;mso-layout-grid-align:none; text-autospace:none"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font:major-bidi; mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi;mso-ansi-language: IN;mso-no-proof:yes">Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ambiguitas adalah </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam sebaut kata, gabungan kata, atau kalimat. Jadi Ambiguitas dalam otonomi </span><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-no-proof:yes">daerah </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:IN; mso-no-proof:yes">dapat kita artikan sebagai pemaknaan lebih dari satu makna terhadap konsep otonomi. Otonomi </span><span style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-no-proof:yes">daerah </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">yang mulai diperkuat sejak keluarnya UU No. 22 Tahun 1999 dan diperbaharui dengan UU No.32 Tahun 2004, ternyata belum mencapai pada tujuannya yaitu mengakomodasi kepentingan masyarakat, melakukan efisiensi, serta pemberdayaan masyarakat daerah.</span><span style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-no-proof:yes"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%;mso-layout-grid-align:none; text-autospace:none"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">Ada bermacam-macam ambigu yang bisa kita amati. <b><i>Pertama</i></b>, </span><i><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-no-proof:yes">ambigu tentang makna otonomi</span></i><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-no-proof:yes">. </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height: 150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:IN;mso-no-proof: yes">Bagi</span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-no-proof:yes"> </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">masyarakat </span><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-no-proof:yes">di </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height: 150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:IN;mso-no-proof: yes">daerah, otonomi dianggap </span><span style="font-size:12.0pt;line-height: 150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-no-proof:yes">sebagai </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN;mso-no-proof:yes">pelimpahan semua kewenangan</span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-no-proof:yes"> </span><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height: 150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:IN;mso-no-proof: yes">kepada pemerintah/masyarakat daerah. </span><span style="font-size:12.0pt; line-height:150%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-no-proof:yes">Sedangkan menurut pemerintah pusat otonomi daerah merupakan pelimpahan hanya sebagian kewenangan. Menurut masyarakat di daerah, Setiap tindakan dari luar (pemerintah pusat) adalah bentuk campur tangan yang haram hukumnya. Mereka lupa bahwa daerahnya masih bagian dari Pemerintah Republik Indonesia. Dalam konsep otonomi bahkan negara federal sekalipun, pemerintah pusat memiliki kewenangan untuk mencampuri urusan yang ada di daerah karena kewenangan yang ada di sana merupakan kewenangan pemerintah pusat yang telah dilimpahkan. Konsep tersebut merupakan makna otonomi dari sudut pandang pemerintah pusat, sedangkan masyarakat daerah memandang bahwa kewenangan yang ada di mereka merupakan milik mereka sepenuhnya. Akibatnya sering muncul perang opini antara pemerintah pusat dan masyarakat di daerah. Pemerintah pusat menganggap daerah tidak mampu menjalankan otonomi, sedangkan daerah berpikiran pemerintah pusat tidak sepenuhnya memberikan kewenangan. Pemerintah pusat menganggap semua kewenangan telah dilimpahkan/didelegasikan, tetapi masyarakat di daerah masih berteriak minta tambah kewenangan. Dulu minta otonomi, setelah diberi minta lagi otonomi khusus, setelah dapat masih juga merasa kurang dan akhirnya minta merdeka. Masalah seperti ini dipicu oleh kesalahan informasi antara pemerintah pusat dan masyarakat di daerah. Penyebabnya bisa karena pemerintah pusat kurang memberikan pemahaman atau pejabat-pejabat daerah yang membiarkan/memberi pemahaman yang salah. Hal-hal seperti ini yang menyebabkan suburnya penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat daerah. Mereka memanfaatkan perbedaan pemahaman masyarakat dan pemerintah pusat untuk berlindung atau mengalihkan perhatian dari penyimpangan yang mereka lakukan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%;mso-layout-grid-align:none; text-autospace:none"><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family: "Times New Roman","serif";mso-no-proof:yes">Ambigu <b><i>kedua</i></b>, <i>letak otonomi daerah</i>. Menurut konsepnya, letak otonomi daerah difokuskan di pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah provinsi menjadi perwakilan pemerintah pusat di daerah (Asas Dekonsentrasi) yang berwenang melakukan pengawasan dan koordinasi. Namun dalam prakteknya, pemerintah provinsi selain menjalankan Asas Dekonsentrasi juga menjalankan Asas Desentralisasi (pelimpahan kewenangan) yang sebenarnya milik Pemerintah Kabupaten/Kota. Hal ini ditandai dengan dipilihnya Gubernur oleh rakyat serta dipertahankannya organisasi perangkat daerah seperti DPRD provinsi dan badan-badan lainnya. Dampaknya, pemerintah provinsi harus diberi kewenangan yang sama dengan pemerintah kabupaten/kota karena kesamaan bentuk organisasi. Otomatis tugas dan tanggung jawabnya lebih kurang sama. Tidak mengherankan sering terjadinya tumpang tindih kewenangan antara pemerintah Kabupaten/Kota dengan pemerintah provinsi karena ketidakjelasan pemerintah provinsi menjalankan asas dekonsentrasi atau desentralisasi. Akibat buruknya lagi, terjadi kegiatan politik dan pemerintahan berbiaya tinggi. Pemerintah provinsi mengadakan Pilkada sebagaimana pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah provinsi memiliki anggaran pembangunan seperti yang dimiliki kabupaten/kota. Provinsi juga memiliki legislatif sebagaimana kabupaten/kota. Ini yang menyebabkan tujuan otonomi untuk menciptakan efisiensi tidak tercapai dan malah menciptakan pemborosan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%;mso-layout-grid-align:none; text-autospace:none"><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family: "Times New Roman","serif";mso-no-proof:yes">Ambigu <b><i>ketiga</i></b><i>, pengertian tentang rakyat</i>. Rakyat dalam arti yang sebenarnya adalah seluruh penduduk yang mendiami suatu wilayah. Rakyat dalam konteks otonomi daerah adalah pelaku dan sasaran dari otonomi itu. Otonomi yang didapat dan dijalankan oleh pemerintah daerah ditujukan untuk memberdayakan rakyat sehingga dapat mencapai kesejahteraan. Namun pada prakteknya, yang diberdayakan untuk menjadi sejahtera hanya kelompok tertentu yaitu pejabat daerah dan pengusaha rekanan pemerintah daerah. Bahkan dengan lantanganya setiap kepala daerah berlomba-lomba mengumumkan keberhasilannya mensejahterakan rakyat. Padahal makna rakyat yang sebenarnya dengan yang mereka maksudkan berbeda. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%;mso-layout-grid-align:none; text-autospace:none"><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family: "Times New Roman","serif";mso-no-proof:yes">Infrastruktur dibangun bukan untuk mendorong perekonomian masyarakat, melainkan hanya untuk menciptakan kemegahan. Peningkatan lapangan kerja dibuat secara instan yaitu membuka lowongan PNS sebesar-besarnya. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan jumlah PNS dan beban kerjanya. Inilah yang membuat ketimpangan APBD setiap tahun, dimana belanja pegawai lebih besar dari pada belanja pembangunan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:.5in;line-height:150%;mso-layout-grid-align:none; text-autospace:none"><span style="font-size:12.0pt;line-height:150%;font-family: "Times New Roman","serif";mso-no-proof:yes">Ambigu-ambigu tersebut terjadi bisa karena perbedaan pandangan bisa juga karena sengaja diciptakan. Dari setiap kekurangan dalam suatu sistem ada pihak yang diuntungkan dan ada pihak yang dirugikan. Setelah 12 tahun otonomi daerah diperkuat, manfaat terbesar diperoleh hanya sekelompok orang yang dekat dengan kekuasaan. Di satu sisi pemerintah pusat merasa sudah memberikan otonomi yang besar kepada daerah, sedangkan di sisi lain masyarakat di daerah masih saja merasa kekurangan. Di masa lalu kekuasaan dan kesejahteraan terpusat di Ibu Kota. Sedangkan pada saat sekarang kekuasaan dan kesejahteraan justru tertahan di pusat kekuasaan daerah. Terpampang dengan jelas di depan mata masyarakat. Bagi mereka yang tidak memahami permasalahan otonomi, dengan cepat menuding adanya ketidak adilan pemerintah pusat. Orang-orang seperti ini yang terus dikipas untuk minta merdeka, memberontak dan sebagainya. Padahal walau bisa merdeka sekalipun jika sikap mental pengusa daerah masih belum berubah, kesejahteraan untuk masyarakat hanya seperti tetesan embun di pagi hari.</span></p>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-48262348544912854382012-01-02T04:58:00.000-08:002012-01-02T05:04:50.294-08:00Kejujuran Lopa<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL07ac_pw44ulm-EZBhqtpDOS_mERg19rzd-7nJO4OLJgvFkDhb7Ll2Yt6jqeqMNsAntkaWHhW5oARgwEW8i-S7pVO-HZi8NP8LgSgWalwU64Hh_Mha5DeWkD-VvOrdlVzaLB71R0msQ/s1600/2832-baharuddin-lopa.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL07ac_pw44ulm-EZBhqtpDOS_mERg19rzd-7nJO4OLJgvFkDhb7Ll2Yt6jqeqMNsAntkaWHhW5oARgwEW8i-S7pVO-HZi8NP8LgSgWalwU64Hh_Mha5DeWkD-VvOrdlVzaLB71R0msQ/s320/2832-baharuddin-lopa.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5693019858486696626" /></a><br /><span style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Lebih kurang 28 tahun silam, tatkala mendiang Prof Dr Baharuddin Lopa masih menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, panggung hukum Indonesia geger oleh munculnya sosok Lopa yang jujur, antikorupsi, dan nyali bak harimau. Ia tidak kenal warna abu-abu, sebab bagi dia warna itu hanya hitam dan putih. Benar atau salah.</span><div><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Ada banyak cerita tentang kejujuran mantan Jaksa Agung (2001) dan mantan Menteri Kehakiman (2001) ini. Ketika Lebaran menjelang, ia tegaskan kepada anak buahnya untuk tidak menerima parsel Lebaran. Ia menggelar jumpa pers yang di antaranya mengumumkan, seluruh aparat kejaksaan Sulawesi Selatan tidak terima hadiah dalam bentuk apa pun.</p><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Ketika tiba di rumah, ia melihat ada dua parsel di rumahnya. ”Eh, siapa yang kirim parsel ke sini,” ucap Lopa dengan raut masam. Seisi rumah bungkam karena tahu Lopa geram. Lopa kemudian sangat terkejut ketika melihat salah satu parsel tersingkap 10 cm. ”Aduh, siapa yang membuka parsel ini?”</p><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Seorang putrinya maju ke depan dan dengan jujur menyatakan dialah yang buka dan mengambil sebuah cokelat. ”Mohon maaf Ayah,” ujar anak perempuan itu. Lopa menghela napas, ia tidak bisa marah kepada putrinya, tetapi tidak urung ia memperingatkan untuk tidak melakukan hal itu lagi. Pria Mandar ini menyuruh putranya membeli cokelat dengan ukuran dan jenis yang sama. Cokelat itu dimasukkan ke bungkusan parsel dan segera dikembalikan kepada pengirimnya.</p><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Suatu hari ia bercakap-cakap dengan istrinya dan mengajak istrinya menghitung tabungan mereka. ”Oh, uang itu sudah cukup untuk uang muka mobil Toyota Kijang,” ujar Lopa.</p><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Maka datanglah ia ke distributor mobil di Makassar. Ia langsung menemui direktur utama perusahaan itu. Lopa menyampaikan keinginannya membeli mobil dengan uang muka sekian rupiah, sisanya dicicil. Sang dirut menawarkan diskon yang biasa ia berikan kepada kawan-kawannya.</p><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Lopa terkejut ketika tahu besaran diskonnya. Sebab bagi dia, diskon lebih dari 3 persen dari harga barang sudah melampaui batas kepantasan. Saudagar tersebut menyatakan, ”Saya penjual, saya hendak beri berapa persen diskonnya, kan, terserah saya, bukankah itu wilayah saya?”</p><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Lopa tetap menolak dan menyatakan diskon hanya 3 persen. Akhirnya, usahawan itu mengalah dan menerima keinginan Lopa. Belakangan, urusan ini membuat ia kikuk karena setiap bulan Lopa datang sendiri menyetor cicilannya. Dan penyetoran itu jauh sebelum tanggal jatuh tempo. Bukan apa-apa, Lopa adalah temannya, ia kikuk harus menerima cicilan langsung dari teman dekat selama bertahun-tahun. Akan tetapi, ia menghormati Lopa yang memegang teguh prinsip hukum yang ”serba hitam putih” itu.</p><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Cerita tentang Lopa yang jujur menjadi semacam legenda di panggung hukum nasional. Suatu hari, ia hendak menunaikan ibadah haji. Seorang teman sekolahnya sejak SD hingga perguruan tinggi, yang sukses sebagai pengusaha, memberinya 10.000 dollar AS. Lopa terkejut dengan pemberian ini. Pada kesempatan pertama ia datang ke rumah temannya dan mengembalikan uang itu.</p><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Lopa berkata, ”Saya tahu engkau ikhlas, akhlakmu pun terpuji. Saya tahu pula usahamu berjalan di jalur lurus. Namun, maafkan saya, saya tidak bisa menerima uang ini. Kita bersahabat saja, ya.” Pengusaha itu tidak bisa berkata apa-apa kecuali mengusap air matanya karena terharu.</p><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Lopa mengungkapkan, seorang penegak hukum mutlak berintegritas. Ia boleh hidup ekstra sederhana, tetapi itu tidak bisa menjadi alasan menerima apa pun dari siapa pun. ”Banyak di antara masyarakat tidak menyadari, tegaknya hukum menentukan kinerja ekonomi. Sebab, munculnya supremasi hukum akan membuat pelaku bisnis tenang. Kalaupun bisnisnya ”diusik”, para pebisnis itu akan tenang karena ada hukum. Jaksa akan menjalankan tugasnya dengan baik dan hakim akan menjatuhkan vonis yang sesuai hukum dan rasa keadilan.”</p><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Lopa benar. Lihatlah, semua negara yang ekonominya maju, praktik hukumnya pasti baik. Kita masih jauh dari pelaksanaan hukum yang ideal. Hukum masih dipermainkan kekuasaan, mafia peradilan, dan aparat yang tidak jujur.</p><p style="color: rgb(51, 51, 51); font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Betapa kita tidak pening oleh demikian banyak aparat penegak hukum sendiri yang ditahan, diadili, dan kemudian dipenjarakan karena terbukti melawan hukum. Bagaimana pula negeri ini bisa dipercaya para investor dan pelaku ekonomi dalam negeri kalau demikian banyak pejabat negara menjadi terdakwa. Mereka tidak sadar, perbuatannya menahan laju pertumbuhan ekonomi. Mereka tidak paham bahwa tegaknya hukum sama dengan mulusnya perekonomian.</p><p style="font-family: arial; font-size: 14px; line-height: 20px; background-color: rgb(255, 255, 255); "><span>Sederhananya seperti ini. Apakah ada pedagang yang berani memalsukan merek kalau hukum menjadi panglima? Adakah pebisnis yang mengelak membayar pajak? Apakah ada pelaku ekonomi berani memalsukan akta tanah?</span><strong style="color: rgb(51, 51, 51); "> (ABUN SANDA) kompas.com </strong><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; ">Senin, 2 Januari 2012 | 19:57 WIB</span></p></div>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-51474502460901414652011-10-21T11:07:00.000-07:002011-10-21T14:46:41.603-07:00Menyampaikan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyuNVIYYURq8kcT7fPnmWExShCaUZoYKFaG7SMYE5H2Viisu_ZrjCM-vLbX4TL2KSis9d2uYQIVEwT3VHUHm3dbn8Qoxe6lMSS4s4Bc-0EN8umpkhW6D157-5_PhSJeEbEJDhO7l4XiA/s1600/hms.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 256px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyuNVIYYURq8kcT7fPnmWExShCaUZoYKFaG7SMYE5H2Viisu_ZrjCM-vLbX4TL2KSis9d2uYQIVEwT3VHUHm3dbn8Qoxe6lMSS4s4Bc-0EN8umpkhW6D157-5_PhSJeEbEJDhO7l4XiA/s320/hms.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5666015733125230722" /></a><br /><p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span class="Apple-style-span"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN">Ketika mengikuti mata kuliah Toplumsal ve Kamusal İlişkiler (Masyarakat dan Hubungan Masyarakat), antara mengerti dan tidak (karena berbahasa Turki), pikiranku teringat sebuah cerita yang pernah ku baca di sebuah web. Sebuah perusahaan minuman berenergi terkenal di dunia sedang panik karena penjualan mereka di beberapa negara arab tidak pernah meningkat. Oleh karena itu, mereka mengirim seorang manajer pemasaran yang paling berprestasi untuk mengatasi hal tersebut. Setelah diteliti oleh sang manajer, dapatlah sebuah kesimpulan bahwa slogan yang digunakan oleh perusahaan “Refreshing and Powerful” (menyegarkan dan menguatkan) tidak dipahami oleh masyarakat karena mereka hanya mengerti bahasa arab. Kemudian si manajer menyuruh anak buahnya menyampaikan pesan tersebut dalam bentuk gambar. Setelah 1 bulan berlalu ternyata penjualan makin anjlok. Si Manajer meneliti kembali. Pada Gambar 1: <span> </span>ada seorang anak muda yang sedang lemas tidak berdaya. Gambar 2: dia minum minuman berenergi. Gambar 3: anak muda tersebut menjadi segar. Dilihat sepintas tidak ada masalah dengan gambar-gambar tersebut. Setelah si manajer melakukan penelitian mendalam ternyata ditemukan kesalahan pada susunan gambar. Gambar-gambar itu disusun mulai dari kiri ke kanan. Padahal orang arab membaca dari kanan ke kiri. <o:p></o:p></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 18px; ">Akibatnya susunan gambar yang dimaksud untuk menjelaskan kesegaran dan kekuatan, malah dibaca kebalikannya.</span></p><span class="Apple-style-span"> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN">Dari cerita tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan masyarakat adalah cara menyampaikan informasi agar masyarakat menjadi lebih percaya, paham, dan memberikan dukungan. Jika kita amati program-program pemerintah, banyak yang tidak menggunakan ilmu ini. Ada beberapa program yang tujuannya baik tapi disampaikan dengan cara yang kurang baik sehingga tidak mendapat dukungan dari masyarakat. Kalaupun ada, informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan tujuan karena hanya dilihat dari sudut pandang si pemberi informasi. Padahal yang dituju adalah masyarakat. Misalnya program Elektronik KTP (e-KTP). Sangat sedikit masyarakat yang mengetahui manfaatnya. Akibatnya banyak muncul pandangan sinis dan buruk sangka dari masyarakat. Mereka menganggap proyek itu hanya sebagai lahan pejabat untuk korupsi. Padahal e-KTP ditujukan untuk memudahkan masyarakat. Contoh lain adalah konversi minyak tanah ke gas. Program ini baik karena selain menghemat subsidi juga mengurangi pengeluaran masyarakat (harga gas lebih murah dari minyak tanah). Tapi, karena dibuat tanpa berkomunikasi, banyak masyarakat yang protes. Begitu juga dengan berbagai program pemerintah di daerah yang lebih banyak mendapat tantangan daripada dukungan. Sehingga lebih banyak energi terkuras bukan karena menjalankan program, tapi karena menghadapi tekanan masyarakat. <o:p></o:p></span></p> <span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-fareast-font-family:Calibri;mso-fareast-theme-font: minor-latin;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA"><div style="text-align: justify;">Salah satu cerita unik yang dapat kita jadikan teladan adalah cerita tentang kesuksesan Walikota Solo, Joko Widodo (Joko Wi) dalam menggusur dan memperbaiki pasar tradisional. Beliau tidak langsung menyampaikan niatnya untuk menggusur pedagang. Tapi, beliau mengundang para pedagang untuk makan bersama. Melalui acara tersebut, beliau berhasil menyampaikan keinginannya dan mendapatkan dukungan. Hal ini bisa terjadi karena cara penyampaian yang langsung, cair, membaur, dan dengan semangat kebersamaan. Cerita lainnya adalah beberapa tempat di Amerika, peringatan dilarang merokok tidak ditulis dengan kata-kata “No Smoking”. Tapi ditulis dengan kata-kata “Thank You for You Not Smoking” (terima kasih untuk anda tidak merokok). Kalimat ini lebih menyentuh perasaan karena tindakan mereka lebih dihargai jika tidak merokok. Sehingga orang yang membaca terdorong hati nuraninya untuk tidak merokok. Ini adalah beberapa seni berkomunikasi yang berhasil. Masih banyak cara-cara lain yang dapat dilakukan. Pada prinsipnya, penyampaian yang dilakukan adalah untuk dipahami oleh si penerima bukan oleh pemberi informasi. Jika prinsip ini dipegang, si penerima lebih mudah untuk memahami pesan yang disampaikan.</div></span></span><p></p>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-34245952189465211492010-10-17T20:58:00.000-07:002010-10-17T20:59:23.016-07:00Jakarta yang Kekenyangan<p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 18px; "> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN">Kemacetan yang melanda Jakarta ikut membuat saya prihatin. Ketika pertama kali menginjak Jakarta pada tahun 2005 saya sudah sering mengalaminya. Namun, beberapa tahun belakangan ini kemacetan ibukota sudah sangat parah. Betapa tidak, dari kawasan Sudirman ke Margonda Depok yang jaraknya lebih kurang 25 Km saya menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Begitu juga keluhan salah seorang teman saya yang berjuang 1 jam untuk menaklukkan jalanan Kampung Rambutan – Margonda Depok (sekitar 17 Km) menggunakan sepeda motor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN">Masalah tersebut membuat saya teringat pada salah satu makalah kelompok ketika masih kuliah di Administrasi Negara UI. Ketika itu kelompok saya mempresentasikan tentang sejarah Kota Jakarta. Kota ini sebelumnya bernama Batavia yang dirancang oleh Pemerintah Hindia Belanda hanya untuk ditempati 800.000 orang. Namun, pada saat ini penduduk Jakarta sudah mencapai 8.522.589 orang (Sudin Kependudukan dan Catatan Sipil, 2010), bahkan pada siang harinya penduduk Jakarta mencapai 12 juta orang akibat masuknya penduduk comuter (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) yang bekerja di Jakarta. Kelebihan jumlah penduduk inilah yang menjadi penyebab utama kemacetan. Dengan luas wilayah hanya 740,3 Km<sup>2</sup>, Jakarta ditempati 11.512 orang setiap kilometernya, dan pada siang hari kepadatannya menjadi 16.209 orang per kilometer. Keadaan ini berbeda jauh dengan kepadatan penduduk secara nasional yaitu sebesar 124.7/Km<sup>2 </sup>(Wikipedia, 2010).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Data-data tersebut menggambarkan bahwa terjadi ketidakseimbangan pertumbuhan antara Jakarta dan wilayah lainnya. Disatu sisi keadaan ini menguntungkan Jakarta, namun disisi lain Jakarta direpotkan dengan tingginya arus urbanisasi dan dampak negatif yang ditimbulkan seperti kemacetan, kriminalitas, ketidakteraturan, kemiskinan, dll. Kalau diumpamakan, Jakarta seperti orang yang makan kekenyangan sehingga bukan lagi mendapat manfaat tetapi musibah yang datang mendera. Keadaan ini diperparah dengan faktor topografi yang tidak menguntungkan. 40% wilayah Jakarta<span style="mso-spacerun:yes"> </span>berada dibawah permukaan laut pasang, serta dilalui 13 sungai yang mengalir dari arah selatan ke utara (Bappeda Jakarta), sehingga hampir setiap saat Jakarta kebanjiran.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN">Masalah ini bisa diatasi dengan berbagai cara, tapi memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit baik materi, waktu, dan tenaga. Jika seandainya Jakarta bisa ditata ulang sehingga menjadi tertib dan bebas dari masalah, ini hanya akan berlangsung dalam waktu singkat. Dalam jangka panjang keadaan tersebut semakin mendorong masyarakat melakukan urbanisasi besar-besaran ke Jakarta karena ketidakseimbangan pembangunan. Jakarta akan semakin gemerlap dengan ditambahnya berbagai fasilitas baru sehingga menawarkan berbagai mimpi bagi masyarakat di daerah lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa menata Jakarta secara parsial tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang komprehensif untuk mengatasi masalah yang ada di ibukota negara ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN">Masalah yang dihadapi Jakarta merupakan bagian dari masalah nasional. Kegagalan melakukan desentralisasi pembangunan mengakibatkan terkonsentrasinya pembangunan di ibukota. Dengan kepadatan 130 kali lipat dari kepadatan nasional, menunjukkan bahwa telah terjadi kesenjangan yang sangat jauh antara ibukota dan wilayah lainnya. Solusi yang komprehensif untuk memecahkan masalah tersebut adalah mendirikan pusat pertumbuhan baru untuk membagi beban yang ada di Jakarta. Beban Jakarta sebagai ibukota Negara, pusat bisnis, pusat perdagangan, dan pusat beberapa industri harus dialihkan sebagian ke wilayah lain. Relokasi industri maupun pusat bisnis bukan pilihan yang bijak karena dapat membuat kegoncangan ekonomi masyarakat dan membutuhkan pembiayaan infrastruktur yang sangat besar. Solusi yang paling masuk akal adalah memindahkan Ibukota Negara.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN">Pada tahun 1960, Presiden Soekarno membangun Kota Palangkaraya sebagai Ibukota Republik Indonesia di<span style="mso-spacerun:yes"> </span>masa depan. Soekarno sudah memperkirakan bahwa Jakarta pada suatu saat tidak akan mampu lagi menanggung beban sebagai ibukota negara sehingga diperlukan wilayah baru yang disiapkan sebagai ibukota. Namun, ide Soekarno tersebut tidak terlaksana karena beliau lengser pada tahun 1966. Beliau dicurigai dekat dengan PKI sehingga segala yang berbau Soekarno beserta pemikirannya dilarang. Akibatnya, pembangunan Palangkaraya sebagai ibukota negara tidak dilanjutkan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN">Masalah yang dihadapi Jakarta dan kesenjangan pembangunan pusat – daerah pada saat ini, membuat ide pemindahan ibukota yang dicetuskan Soekarno layak untuk diteruskan. Dengan memindahkan ibukota, beban yang ada di Jakarta akan berkurang dan akan memunculkan pusat pertumbuhan baru yang diharapkan dapat menggerakkan pembangunan di wilayah sekitarnya. Selain itu, Pemerintah Jakarta dapat menata kembali wilayahnya sehingga dapat mengurai masalah yang ada selama ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN">Dalam tulisan ini saya tidak dapat menentukan secara khusus wilayah yang dapat dijadikan ibukota karena memerlukan penelitian lebih lanjut. Saya hanya menyarankan bahwa ibukota baru harus berada di luar Pulau Jawa dan Sumatera. Wilayah di Pulau Jawa tidak dapat dijadikan ibukota karena wilayah tersebut memiliki tanah yang sangat subur, sehingga lebih cocok dijadikan lumbung pangan nasional. Sedangkan Pulau Sumatera memiliki letak geografis yang sangat strategis yaitu di jalur pelayaran internasional Selat Malaka, sehingga tanpa keberadaan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>ibukota di sana, pulau tersebut sudah maju pesat. Kawasan yang jauh tertinggal adalah Indonesia Tengah dan Timur sehingga sudah selayaknya ibukota negara dipindahkan ke sana untuk mempercepat pembangunan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif";mso-ascii-theme-font: major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font:major-bidi; mso-ansi-language:IN">Pemindahan ibukota negara sangat bermanfaat bagi pembangunan nasional. Daerah yang menjadi bukota akan menjadi pusat pertumbuhan baru yang akan menggerakkan pembangunan di wilayah sekitarnya sehingga mendorong pemerataan pembangunan. Selain itu, dengan berkurangnya beban Jakarta, maka pemerintah dapat menata kembali kota tersebut menjadi lebih indah dan tertib. Tanpa pemindahan ibukota, maka Jakarta akan menjadi semakin gemuk seperti orang yang makan kekenyangan.<o:p></o:p></span></p>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-82032136463677764912010-10-07T22:58:00.001-07:002010-10-07T23:10:43.883-07:00Pendidikan dan Pengangguran<p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 18px; "> </span></p> <p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%; font-family:"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:IN;mso-bidi-font-style: italic">Allah berfirman dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi:</span><span style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-bidi-font-style:italic"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" align="center" style=""><span class="Apple-style-span" ><span class="Apple-style-span" style="font-size: 29px; line-height: 33px;"></span></span></p><span class="Apple-style-span" ><p class="MsoNormal" align="center" style="text-align:center"><span class="apple-style-span"><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="font-size: 20pt; line-height: 115%; font-family: 'Simplified Arabic', serif; "><span class="Apple-style-span" >يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ</span></span></span><span style="font-size:20.0pt;line-height:115%;font-family:"Simplified Arabic","serif"; color:black"><o:p></o:p></span></p></span><p></p> <p class="MsoNormal"><i style="mso-bidi-font-style:normal"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN">Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan dan berilmu pengetahuan beberapa derajat</span></i><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN">. (Al-Mujadalah: 11)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:12.0pt;margin-right:0in;margin-bottom: 0in;margin-left:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN">Ayat di atas menegaskan bahwa jika kita beriman dan berilmu pengetahuan maka Allah akan mengangkat derajat kita ke tempat yang tinggi. Beriman dalam arti yakin dengan seyakin-yakinnya kepada<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Allah SWT, kemudian <span style="mso-spacerun:yes"> </span>diwujudkan dengan mematuhi perintah serta menjauhi larangan Allah SWT dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan konsep iman yaitu meyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, serta diikuti dengan perbuatan. Berilmu pengetahuan berarti kita memiliki pengetahuan dan keahlian pada bidang tertentu. Orang-orang yang seperti ini dijanjikan Allah SWT akan mendapat derajat yang tinggi, baik di dunia maupun di akhirat. Bentuk nyata yang kita rasakan adalah kemudahan dalam berbagai urusan, atau dalam istilah lain dunia yang akan mencari kita bukan kita yang akan mencari dunia, pekerjaan yang akan mencari kita bukan kita yang mencari pekerjaan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:12.0pt;margin-right:0in;margin-bottom: 0in;margin-left:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN">Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah SWT menganjurkan kita untuk menuntut ilmu, salah satunya melalui jenjang pendidikan resmi. Pendidikan resmi pada saat sekarang tersebar dimana-mana sehingga setiap tahunnya menghasilkan lulusan dari berbagai jenjang pendidikan. Meskipun demikian, lululusan tersebut banyak yang menganggur. Salah satu jenjang pendidikan seperti perguruan tinggi misalnya, meluluskan 900.000 sarjana setiap tahunnya. Namun 409.890 sarjana menjadi pengangguran terdidik (Kemendiknas, 2009). Keaadaan ini memunculkan pandangan negatif masyarakat terhadap pendidikan. Masyarakat mulai memandang sinis terhadap pendidikan karena sebagian besar sarjana menganggur sehingga banyak yang mulai meragukan pentingnya pendidikan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:12.0pt;margin-right:0in;margin-bottom: 0in;margin-left:0in;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span lang="IN" style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ansi-language:IN">Banyaknya pengangguran terdidik disebabkan oleh berbagai hal, seperti rendahnya mutu pendidikan, lapangan kerja yang terbatas, kurangnya usaha pemerintah mengatasi pengangguran, serta rendahnya mutu sarjana. Salah satu sebab yang sering saya jumpai adalah rendahnya kualitas para sarjana. Hal ini diakibatkan oleh kesalahan pola pikir mereka. Mereka tidak memandang pendidikan sebagai sarana untuk menuntut ilmu pengetahuan, tetapi sebagai syarat untuk mencari pekerjaan. Tujuan mereka mengikuti pendidikan adalah mencari ijazah, gelar, gengsi, dan lain-lain. Akibatnya, mereka tidak memiliki keahlian yang mumpuni karena dari awal memang tidak diniatkan untuk mencapainya. Dalam hal ini Rasulullah SAW menjelaskan bahwa setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Jika mereka mengikuti pendidikan untuk mencari gelar, gengsi, dan pekerjaan maka mereka akan mendapatkannya, tapi mereka tidak akan mendapat ridha dan kemudahan dari Allah SWT. Padahal Allah SWT telah menjanjikan, orang yang berilmu pengetahuan akan diangkat derajatnya. Itulah janji Allah SWT, dan siapakah yang paling menepati janji selain Allah SWT???<o:p></o:p></span></p>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-45647432894681192272008-12-09T23:42:00.000-08:002011-10-05T23:04:14.311-07:00Jeritan Anak Bangsa<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4B01hxlpsbTzjzmauJR74aBJFRc5HaoWQByL33wiIDxV9PgInjzyqb8CDn3vZGvKVffHg2sjAQ8kK1HKfXX2FI2G2VZPZxJH6QmyixwtITTPobwUriIRjEEFscC5V0s4Om3b1YAFc9g/s1600-h/Indonesia+vs+Singapura.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 189px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4B01hxlpsbTzjzmauJR74aBJFRc5HaoWQByL33wiIDxV9PgInjzyqb8CDn3vZGvKVffHg2sjAQ8kK1HKfXX2FI2G2VZPZxJH6QmyixwtITTPobwUriIRjEEFscC5V0s4Om3b1YAFc9g/s320/Indonesia+vs+Singapura.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5278087022887062674" border="0" /></a><br /><br /><span style="color: rgb(0, 204, 204);">Indonesia vs Singapura 0-2</span><br />Kemarin malam saya menyaksikan langsung piala AFF di Gelora Bung Karno antara negara kita tercinta melawan negara yg cm sebesar wilayah Jakarta yaitu Singapura.<br />data mengenai kedua negara sbb:<br /><br /><span style="color: rgb(204, 0, 0);">Indonesia </span> <br />Luas : 1.922.570 km² <br />jumlah penduduk: 238.452.952 jiwa<br />PDB: US$1.038 miliar<br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 102);">Singapura</span><br />Luas : 692,7 km²<br />Jumlah Penduduk: 4.483,900 jiwa<br />PDB: US$124 miliar<br /><br />namun data-data di atas tidak berpengaruh di lapangan sepakbola, Indonesia harus menyerah dua gol tanpa balas.<br /><br />disamping kekalahan tersebut ada yg lebih mengecewakan saya yaitu sikap dan ulah penonton.<br /><br />sebelum pertandingan akan dimulai, ada upacara menyanyikan lagu kebangsaan. ketika lagu kebangsaan Singapura dikumandangkan, para penonton Indonesia bersuit-suitan bahkan ada yg mengacungkan jari tengahnya!!!<br />saya jadi bertanya, " bagaimana mungkin kita minta di hargai jika kita sendiri tidak bisa menghargai orang lain."<br /><br />ketika pemain singapura yang berkulit hitam (Agu Casmir) membawa bola, serentak para penonton menirukan suara monyet, untung hal ini tidak diketahui lembaga sepakbola dunia dan asia (FIFA&AFC), bisa-bisa kita dijatuhkan sanksi berat.<br /><br />ketika indonesia sudah tertinggal 2 gol, para penonton yang ada di tribun atas melemparkan botol air mineral, bahkan ada yang berisi air kencing. botol tersebut dilempar ke dalam lapangan, tetapi tidak sedikit yang jatuh k tribun bawah dan mengenai penonton Indonesia lainnya. saya menjadi bingung, mengapa mereka malah melempari sesama penonton indonesia, bukankah kita mendukung tim yang sama, bekebangsaan sama, dan memiliki asa yang sama.<br /><br />Saya menyimpulkan bahwa suasana di stadion tersebut merupakan potret bangsa indonesia saat ini. inilah bangsa yang sedang mengalami krisis moral dan krisis identitas. semua orang mengejar kepuasan pribadi walaupun harus mengorbankan hak orang lain, menghancurkan orang lain bahkan menggadaikan tanah airnya sendiri. Walaupun ada yang berbicara mengenai nasionalisme, tapi itu dilakukan sebagai propaganda politik yang bermuara pada kepentingan pribadi dan golongan.<br />saya tidak berani membayangkan masa depan Indonesia, karena hingga saat ini justru orang-orang oportunis tersebut yang menguasai bangsa ini.<br /><br />oh.. Indonesia ku malang.......Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6197051836706428466.post-32188866517706074612008-11-24T00:48:00.000-08:002008-11-24T01:02:47.295-08:00Filsafat Administrasi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjL6ghPTW01opllTlhDgfNekkAGuPp6DiH43qWHnHs33R2cOAcu8kabNCJEYWJmEdx3yYodD55EZ648D_VR_InEmKaALNZDTgnfSYKMaNtwtnSMbwb60e68Z-1UWAFaF4TVDbax37BBmQ/s1600-h/image700.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 163px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjL6ghPTW01opllTlhDgfNekkAGuPp6DiH43qWHnHs33R2cOAcu8kabNCJEYWJmEdx3yYodD55EZ648D_VR_InEmKaALNZDTgnfSYKMaNtwtnSMbwb60e68Z-1UWAFaF4TVDbax37BBmQ/s200/image700.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5272145483940515538" border="0" /></a><br /><span style="font-family:arial;">Kita lebih sering menemukan permasalahan yang salah daripada menemukan solusi yang salah dari suatu permasalahan yang benar</span>Akmal Khairihttp://www.blogger.com/profile/16076563834814885266noreply@blogger.com0